Tapi, ada kisah yang kiranya pantas dicermati oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), bahwa di Jepang, meskipun di sebuah stasiun hanya ada seorang penunggu, stasiun itu tetap dioperasikan.
Namun, penunggu yang dimaksud adalah manusia biasa, seorang pelajar di sebuah sekolah. Jadi, ini sama sekali bukan kisah mistis.Â
Nama penumpang tersebut Kana Harada yang tinggal di Shirataki, sebuah daerah yang hanya dihuni 36 orang warga saja.
Nah, stasiun kereta Shirataki dinobatkan sebagai stasiun yang paling sepi di dunia, karena hanya Harada satu-satunya penumpang yang naik kereta di sana setiap pagi.
Kemudian, setiap sore ia pula menjadi satu-satunya penumpang yang turun di Stasiun Shirataki. Kondisi demikian terjadi pada tahun 2013 hingga 2016.
Seperti ditulis Tribunnews.com (12/1/2016) yang melansir dari The Telegraph, operator kereta api di Jepang, Hokkaido Railway, mengakui bahwa hal tersebut membuat mereka bangkrut.
Tapi, pihak Hokkaido mengatakan bahwa setelah Harada lulus sekolah, mereka tak kan lagi berhenti di stasiun tersebut.
Begitulah bagaimana operator kereta api bekerja secara sungguh-sungguh melayani penumpangnya, tanpa terlalu memperhitungkan soal kerugian.
Perlu diketahui, memang ada pendapat dari para pemerhati transportasi publik, bahwa untuk perusahan kereta api bukan keuntungan finansial yang diutamakan.Â
Namun, fungsi pelayanan publiknya yang harus dikedepankan. Itulah pelajaran yang diperlihatkan dari kisah stasiun tersepi di atas.
Jadi, jika di Indonesia sudah banyak stasiun yang ditutup, agaknya perlu diteliti, apakah betul-betul tidak ada warga di sekitar stasiun itu yang membutuhkan kereta api?