Tulisan Acek Rudy yang dapat dilihat di sini, memberikan banyak manfaat bagi para pelaku usaha atau bagi mereka yang berniat untuk berwirausaha.
Acek Rudy menguraikan apa saja yang perlu diwaspadai agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Atau, kalaupun kebangkrutan tak terhindarkan, juga ada strategi untuk bangkit lagi.
Tulisan berikut ini masih sejalan dengan tulisan Acek Rudy dan mudah-mudahan bisa saling melengkapi.
Berwirausaha memang tidak gampang dan tidak ada yang bisa memetik hasil secara instan. Justru, jika ada pelaku usaha yang karena faktor keberuntungan meraih sukses secara cepat, belum tentu akan konsisten seperti itu.
Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk meraih kesuksesan dan jatuh bangun atau trial and error merupakan tahap yang harus dilewati.
Punya modal yang besar bukan jaminan usaha akan berjalan dengan lancar. Justru, sebetulnya bukan modal yang terpenting melainkan faktor manusianya.
Jangan pula mengira faktor pendidikan formal menjadi penentu. Seorang sarjana ekonomi dan bisnis belum tentu lebih piawai berwirausaha ketimbang lulusan SMA, atau bahkan lebih rendah dari SMA.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan faktor manusia sebagai penentu, lebih berkaitan dengan karakter unggul yang dipunyai seseorang.
Perlu dipahami, karakter bukanlah bawaan dari lahir. Tapi, faktor lingkungan tentu sangat berpengaruh pada pembentukan karakter.
Karakter bisa dilatih, dengan membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang mejadi ciri karakter yang unggul, sehingga akhirnya menjadi semacam nilai-nilai yang merupakan pegangan seseorang.
Nah, apa saja karakter unggul tersebut. Ada banyak sekali jika kita mencari dari sejumlah referensi.
Beberapa contoh karakter unggul dimaksud adalah punya semangat juang yang tinggi dan kemauan untuk belajar dari mereka yang sudah sukses.
Berikutnya, sangat penting punya karakter yang jujur, komunikatif, mudah bergaul, tulus melayani orang lain, mampu bekerjasama dengan orang lain, teliti, kreatif, berpikir sebelum bertindak, dan percaya diri.
Kemudian, tak kalah penting, harus rajin mencari informasi serta mengikuti perkembangan terkini, antara lain mengetahui perkembangan ekonomi dan mampu menggunakan sarana teknologi.
Karakter di atas bukan untuk dihafalkan. Makanya mereka yang tidak berpendidikan tinggi, bisa saja sudah punya karakter tersebut, meskipun tak mampu menjelaskannya secara teori.
Ambil contoh "mengetahui perkembangan ekonomi", tidak harus paham berbagai grafik dan istilah yang rumit seperti yang dijelaskan seorang ekonom.Â
Yang penting, terhadap bisnis yang digelutinya, perlu memahami secara umum kondisi ekonomi yang berpengaruh pada kelangsungan bisnisnya.
Memahami bidang bisnis yang digeluti itu sangat penting. Soalnya, ada beberapa jenis usaha yang masing-masing punya tantangan yang berbeda.
Memproduksi suatu barang berbeda tingkat kesulitannya dengan sekadar berdagang. Demikian pula usaha yang bersifat jasa seperti membuka salon, laundry, dan sebagainya.
Namun, apapun jenis usahanya, semua karakter unggul di atas tetap relevan. Hanya penekanannya yang sedikit berbeda.
Untuk usaha di bidang jasa, kunci paling utama adalah kualitas pelayanan. Promosi yang gencar tanpa terbukti pada pelayanan, akan sia-sia.
Untuk jenis usaha yang memproduksi barang, jelas soal ketersediaan bahan baku, upah pekerja, soal efisiensi dan kualitas produksi, juga soal penegemasan, menjadi sama pentingnya dengan promosi dan penjualan.
Untuk usaha perdagangan, persediaan barang yang menumpuk, persediaan barang yang hilang, rusak atau kedaluwarsa, menjadi salah satu titik rawan.
Kemudian, hal-hal yang harus dihindari dan berlaku untuk semua jenis usaha, sudah ditulis Acek Rudy, seperti tingginya piutang tak tertagih, biaya operasional yang boros, dan ekspansi yang tak terkendali atau yang salah arah.
Nah, sebetulnya pelaku usaha perlu juga sesekali mendapat masukan berupa pandangan atau saran dari pihak luar yang independen.
Bagi perusahaan kelas menengah ke atas, sudah lazim memakai jasa konsultan. Atau bisa juga memakai Akuntan Publik untuk melakukan audit laporan keuangan atau audit manajemen.
Tapi, menyewa konsultan atau akuntan publik bagi pelaku usaha kecil, pasti sangat memberatkan, meskipun sudah menggunakan yang paling murah tarifnya.
Ada baiknya pelaku usaha kecil minta informasi pada dinas yang melayani pembinaan UMKM di kota domisilinya. Biasanya ada tenaga pendamping yang bisa membantu pelaku UMKM.
Pihak luar lain yang juga bisa membantu adalah bank, dalam hal pelaku usaha mengajukan permohonan kredit atau sudah mendapatkan kredit bank.
Jangan mengira bank hanya mau mengucurkan kredit bagi perusahaan kelas menengah ke atas saja. Ada beberapa bank tertentu yang justru mayoritas kreditnya ditujukan bagi pelaku UMKM.
Selain itu, ada yang namanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang beban bunganya sangat rendah karena disubsidi pemerintah, serta tidak mewajibkan adanya agunan.
Jika memang tertarik mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank, sebaiknya memilih bank yang sekaligus mau bertindak menjadi pembina usaha nasabah.
Bank yang mumpuni dalam bidang perkreditan, bukan cuma sekadar mengucurkan dana, lalu menagih pengembalian kredit dari nasabah.
Tapi, bank tersebut betul-betul menjadi adviser bagi nasabah. Kunjungan on the spot tidak hanya sebagai sarana analisis sebelum menyetujui permohonan kredit, tapi juga rutin, misalnya sebulan sekali, sepanjang periode kredit.
Dalam hal yang dipinjam dari bank adalah kredit modal kerja, maka perputaran persediaan barang dan perputaran piutang menjadi fokus pemantauan bank.
Makanya, istilah "besar bersama nasabah", maksudnya ada hubungan win-win atau simbiosis mutualisme antara bank dan nasabah, harus dibuktikan bank, bukan sekadar slogan.
Banyak gunanya pihak bank membina nasabah. Selain untuk memastikan bahwa kredit sudah digunakan seperti yang diperjanjikan, juga untuk melihat peluang bisnis yang potensial dikembangkan nasabah.
Jika usaha nasabah semakin berkembang, maka akan semakin banyak produk bank yang bisa ditawarkan kepada nasabah tersebut. Itulah maksud simbiosis mutualisme.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI