Kembali ke kisah Tina, keberhasilannya selama ini karena ia pintar memposisikan dirinya dari sisi nasabah.Â
Artinya, Tina lebih mengedepankan apa yang bisa membantu nasabah, bukan mengedepankan agar targetnya tercapai.
Jadi, dengan membantu nasabah, secara tidak langsung tentu akan membantu Tina dalam memenuhi target yang dibebankan atasannya.
Jika Tina menawarkan suatu produk, tidak ada nada merayu yang berlebihan. Nasabah diberi waktu yang leluasa untuk mempertimbangkan.
Bahkan, apabila nasabah menolak penawaran yang diajukan Tina, ia tetap ramah mengucapkan terima kasih dan tetap memelihara silaturahmi yang baik.
Nah, setelah mempelajari advis Tina secara teliti, biasanya nasabah mengakui bahwa advis tersebut memang menguntungkan bagi dirinya.
Lalu, si nasabah yang aktif meminta Tina agar menjalankan transaksi sesuai dengan advis Tina yang telah disetujui nasabah.
Sangat terasa sekali perbedaan cara PBO yang terlalu agresif memburu nasabah, memberi advis tapi seolah-olah mendesak nasabah agar cepat memberikan persetujuannya.
Nasabah yang merasa didesak pasti merasa tidak nyaman dan bertanya-tanya dalam hati, jangan-jangan si PBO lagi stres karena targetnya belum tercapai.
Akibatnya, nasabah menolak mentah-mentah advis PBO yang bergaya agresif itu, meskipun advis tersebut sebetulnya menguntungkan nasabah juga.
Berbeda dengan Tina yang bisa bertutur kata lembut dan sistematis, sehingga nasabah merasa nyaman dan akhirnya dengan kesadaran sendiri menyetujui advis Tina.