Jika seseorang sangat asyik main gawai, katakanlah chatting dengan menggunakan aplikasi media sosial tertentu, biasanya dinilai negatif oleh orang lain yang melihat.
Soalnya, banyak orang, terutama yang sudah tidak muda lagi, cenderung antipati terhadap anak muda yang tak bisa melepaskan diri dari media sosial.
Di mata orang tua, mereka yang bermedia sosial langsung dihubungkan dengan kegiatan yang sifatnya sekadar main-main saja.Â
Dengan demikian, kaum rebahan yang menghabiskan waktu berjam-jam tenggelam dalam media sosial, disebut sebagai kegiatan yang unfaedah (tidak bermanfaat).
Ya, tentu ada sebagian dari kita yang seperti itu, main gawai hanya sekadar melampiaskan kecanduan. Tapi, tolong disadari, sebagian yang lain justru menjadi lebih produktif dengan memanfaatkan media sosial.
Sehingga, penghasilan mereka yang kreatif dalam bermedia sosial pun meningkat. Betapa banyaknya jenis profesi baru yang lahir setelah maraknya media sosial.
Lagipula, jangan lupakan, media sosial sangat besar kontribusinya ketika pandemi Covid-19 melanda negara kita, yang membuat kegiatan bekerja, belajar, atau bertransaksi, terpaksa dilakukan dari rumah masing-masing.
Jadi, melihat seseorang lelaki lagi asyik chatting, jangan langsung curiga bahwa ia lagi iseng-iseng merayu seorang wanita yang ditaksirnya.
Siapa tahu, lelaki tersebut sedang merintis usaha, lagi memasarkan produknya, atau bisa pula lelaki tersebut tengah menerima order.
Selain untuk berbisnis, media sosial juga menjadi sumber ilmu pengetahuan. Tidak hanya ilmu umum, bahkan ilmu agama pun menjadi lebih gampang didapatkan melalui media sosial.
Bukankah sekarang banyak kelompok pengajian yang melakukan tadarus Al Quran yang dikoordinir melalui grup percakapan secara online?
Intinya, media sosial itu sendiri bersifat netral, namun juga ibarat pisau bermata dua. Jika digunakan untuk hal positif, maka hasilnya akan positif pula.
Begitu pula sebaliknya, jika digunakan untuk hal negatif, misalnya mencari selingkuhan, ya, tentu hasilnya akan negatif pula.Â
Nah, jika kebijakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait dengan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE Kominfo), berakibat diblokirnya aplikasi media sosial tertentu yang dipakai berjuta-juta umat, apa yang akan terjadi?
Tentu saja akan terjadi semacam "kiamat" dalam berkomunikasi. Bahkan, pekerjaan para pegawai negeri pun diduga akan terganggu, karena banyak pekerjaan yang difasilitasi melalui grup media sosial.
Boleh jadi, jika pemblokiran tersebut diberlakukan, produktivitas di berbagai bidang usaha, akan mengalami penurunan yang tajam.
Soalnya, hampir semua bidang usaha saat ini punya ketergantungan yang tinggi pada teknologi informasi, yang dalam hal ini termasuk pula ketergantungan pada media sosial.
Namun demikian, pemerintah menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan sesuai dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah.
Intinya, PSE harus mendaftar di Kominfo dan memenuhi regulasi yang berlaku di Indonesia, termasuk patuh membayar kewajiban perpajakannya.
Seandainya, ada PSE yang tidak patuh pada regulasi, akan ada sanksinya, termasuk sanksi terberat adalah dengan memblokir, sehingga para pengguna aplikasi yang dikelola PSE tersebut tidak lagi bisa mengakses.
Pemblokiran memang tidak akan serta merta terjadi. Kita yakin akan terjadi dialog mencari titik temu antar kepentingan pemerintah, kepentingan PSE, dan kepentingan masyarakat sebagai pengguna.
Tapi, kondisi seperti ini sekaligus sebagai tantangan agar PSE lokal bisa semakin berkembang. Sekarang pun sudah lumayan banyak PSE lokal yang digunakan jutaan penggunanya.
Indonesia sudah punya beberapa unicorn yang juga sudah digunakan oleh konsumen di luar negeri. China menjadi contoh negara yang sukses mengembangkan aplikasi lokal, dan tidak tergantung pada aplikasi asal Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Ya, harapan kita, tentu agar semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja, tidak ada penutupan atas aplikasi yang telah sangat familiar kita gunakan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H