Ya, pelakunya memang hanya "oknum", tapi mau tak mau tentu mencoreng nama baik pesantren yang terlibat. Maka, tak ada jalan lain, para orang tua harus waspada, agar anaknya tidak jadi korban.
Pondok pesantren yang dimaksid, ada yang di Jombang dan Banyuwangi (keduanya di Jawa Timur), ada yang di Depok (Jawa Barat), juga ada yang di Lampung.
Kalau ditelusuri lagi, agaknya masih banyak kasus lain. Tapi, contoh di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa pesantren bukan berarti steril dari aksi pencabulan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa defisit keteladanan banyak terjadi saat ini. Keteladanan guru kepada muridnya, orangtua kepada anaknya, dan atasan kepada bawahannya di kantor, perlu dibenahi.
Apalagi, kalau kita berbicara dalam skala yang lebih besar, seperti keteladanan para pemimpin kepada rakyatnya. Korupsi yang masih merajalela jadi contoh aktual dari defisit keteladanan.
Bahkan, baru-baru ini terkuak adanya pengelolaan dana donasi, yang disalahgunakan untuk memperkaya beberapa pengurus yayasan yang mengelola donasi tersebut.Â
Kesimpulannya, kita sangat membutuhkan figur teladan dari skala keluarga, lingkungan, sekolah, kampus, pesantren, pasar, perusahaan, kantor, hingga organisasi masyarakat dan partai politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H