Artinya, Ganjar jika tidak diusung oleh PDIP akan menerima pinangan partai lain. Ganjar belum tentu berani untuk membelot dari PDIP, makanya "restu" Jokowi menjadi penting.
Tapi, siapa tahu, PDIP yang bisa mengusung capres-cawapres sendiri (tanpa perlu berkoalisi) akan mencalonkan pasangan Puan-Ganjar?
Perlu diketahui, hubungan PDIP sebagai partai penguasa dengan semua partai masih baik-baik saja, meskipun mungkin ada anggapan PDIP sebagai partai "sombong".
Namun, chemistry PDIP tidak klop dengan PKS dan Demokrat, sehingga kerja sama di antara ketiganya sangat sulit untuk terwujud.
Nah, karena Demokrat dan PKS sekarang berteman dengan Nasdem, maka nasib pertemanan PDIP-Nasdem pun bagai telur di ujung tanduk.
Selama ini, Nasdem sudah 2 periode menjadi bagian dari koalisi pendukung Jokowi. Dengan menggandeng dua partai yang bukan pendukung Jokowi (PKS dan Demokrat), masih nyamankah menteri asal Nasdem di kabinet sekarang?
Kader Nasdem di kabinet saat ini adalah Johnny G Plate (Menteri Komunikasi dan Informasi), Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian) dan Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Mungkin karena posisinya di partai, dari ketiga menteri di atas, Johnny G Plate yang terlihat beberapa kali mendampingi Ketua Umum Nasdem Surya Paloh saat menerima pimpinan partai lain.
Memang, berbicara soal tata kerja di kabinet, seharusnya tidak mencampuradukkan soal profesionalitas dengan soal politik.Â
Maksudnya, sepanjang kader Nasdem berkerja dengan sebaik mungkin sesuai dengan job description (istilah di pemerintahan adalah tupoksi), tidak ada alasan mereka untuk tidak nyaman.
Hanya saja, kembali ke peta koalisi yang ada, koalisi Golkar-PPP-PAN serta Gerindra-PKB tidak tertutup untuk bekerja sama dengan PDIP, partai di mana Presiden Jokowi bernanung.