Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dampak Koalisi Nasdem-Demokrat-PKS, Jangan Kucilkan Menteri Asal Nasdem

9 Juli 2022   10:08 Diperbarui: 12 Juli 2022   08:00 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: koalisi partai politik. (KOMPAS/HANDINING) 

Meskipun Pilpres mendatang baru akan diselenggarakan pada tahun 2024, saat ini  tensi politik makin menghangat. Masing-masing partai politik terlihat sibuk menyusun strategi menuju Pemilu 2024.

Seperti diketahui, pemilu tersebut telah dijadwalkan berlangsung pada 14 Februari 2024. Saat itu para pemilih tidak hanya memilih capres-cawapres, tapi juga calon anggota DPR, DPD, dan DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Namun, kasak kusuk yang terjadi saat ini lebih terfokus pada penentuan nama yang akan diusung sebagai pasangan capres-cawapres.

Jika beberapa partai bersepakat untuk mengusung figur tertentu, maka artinya partai-partai tersebut boleh dikatakan membangun sebuah koalisi.

Nah, sekarang ini, sedikitnya telah muncul tiga koalisi, yakni Golkar-PPP-PAN, Gerindra-PKB, dan Nasdem-Demokrat-PKS.

Sebetulnya, siapa yang akan diusung oleh masing-masing koalisi, belum bisa dipastikan. Tapi, untuk Gerindra-PKB diduga akan memunculkan pasangan Prabowo-Muhaimin Iskandar.

Koalisi Nasdem-Demokrat-PKS sepertinya sudah sepakat untuk menyorongkan nama Anies Baswedan, yang masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta hampir berakhir, sebagai capres. 

Namun, siapa cawapresnya belum jelas, meskipun peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat cukup terbuka.

Yang agak mengandung teka-teki adalah koalisi Golkar-PPP-PAN. Dari spekulasi yang beredar, ada kemungkinan pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto yang akan diusung.

Masalahnya, Ganjar adalah kader PDIP yang tidak ikut dalam koalisi. Namun, hal ini menjadi tidak masalah bila Presiden Jokowi "merestui" Ganjar dipinang, dan rumornya memang seperti itu.

Artinya, Ganjar jika tidak diusung oleh PDIP akan menerima pinangan partai lain. Ganjar belum tentu berani untuk membelot dari PDIP, makanya "restu" Jokowi menjadi penting.

Tapi, siapa tahu, PDIP yang bisa mengusung capres-cawapres sendiri (tanpa perlu berkoalisi) akan mencalonkan pasangan Puan-Ganjar?

Perlu diketahui, hubungan PDIP sebagai partai penguasa dengan semua partai masih baik-baik saja, meskipun mungkin ada anggapan PDIP sebagai partai "sombong".

Namun, chemistry PDIP tidak klop dengan PKS dan Demokrat, sehingga kerja sama di antara ketiganya sangat sulit untuk terwujud.

Nah, karena Demokrat dan PKS sekarang berteman dengan Nasdem, maka nasib pertemanan PDIP-Nasdem pun bagai telur di ujung tanduk.

Selama ini, Nasdem sudah 2 periode menjadi bagian dari koalisi pendukung Jokowi. Dengan menggandeng dua partai yang bukan pendukung Jokowi (PKS dan Demokrat), masih nyamankah menteri asal Nasdem di kabinet sekarang?

Kader Nasdem di kabinet saat ini adalah Johnny G Plate (Menteri Komunikasi dan Informasi), Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian) dan Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

Mungkin karena posisinya di partai, dari ketiga menteri di atas, Johnny G Plate yang terlihat beberapa kali mendampingi Ketua Umum Nasdem Surya Paloh saat menerima pimpinan partai lain.

Memang, berbicara soal tata kerja di kabinet, seharusnya tidak mencampuradukkan soal profesionalitas dengan soal politik. 

Maksudnya, sepanjang kader Nasdem berkerja dengan sebaik mungkin sesuai dengan job description (istilah di pemerintahan adalah tupoksi), tidak ada alasan mereka untuk tidak nyaman.

Hanya saja, kembali ke peta koalisi yang ada, koalisi Golkar-PPP-PAN serta Gerindra-PKB tidak tertutup untuk bekerja sama dengan PDIP, partai di mana Presiden Jokowi bernanung.

Namun, dengan Nasdem menggandeng dua partai yang tidak mungkin bekerja sama dengan PDIP (PKS dan Demokrat), maka artinya Nasdem sudah berpisah jalan dengan PDIP.

Semoga saja kader Nasdem di kabinet tetap merasa nyaman dan tidak merasa "dikucilkan" oleh koleganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun