Bagi yang rajin mengikuti pemberitaan di media massa, khususnya media televisi, tentu mengetahui bahwa sejak 3 minggu terakhir ini, sering muncul liputan tentang kehilangan putra Gubernur Jawa Barat, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), di Sungai Aare, Swiss.
Mulai sejak Eril dilaporkan tenggelam dan hilang pada Kamis (26/5/2022), serta proses pencariannya hingga ditemukan dua pekan setelah itu (Rabu, 8/6/2022), dapat diikuti masyarakat dari media yang sangat intens meliput.
Puncaknya, adalah kedatangan jenazah Eril di Bandara Soekarno-Hatta (12/6/2022) serta prosesi pemakamannya (13/6/2022) di lahan milik keluarga Ridwan Kamil di Cimaung, Kabupaten Bandung, yang disiarkan secara langsung sejumlah stasiun televisi.
Bahkan, hingga tulisan ini ditulis (14/6/2022), beberapa stasiun televisi masih meliput ramainya warga yang berziarah ke makam Eril.
Ucapan dukacita dari para pejabat, termasuk Presiden Joko Widodo, juga ungkapan dukacita masyarakat luas, sering diulang dalam berita televisi.
Rekaman video dan foto berbagai aktivitas almarhum Eril di masa remajanya, juga kisah hubungannya dengan kekasihnya, turut pula menghiasi media massa.
Ringkasnya, media massa memberi tempat istimewa bagi liputan yang berkaitan dengan Eril dan keluarga Ridwan Kamil. Tentu, ada pertimbangan komersial turut menentukan.
Soalnya, diperkirakan banyak masyarakat yang antusias mengikuti perkembangan pencarian Eril hingga prosesi pemakamannya. Juga tentang kisah yang selama ini belum terungkap tentang kehidupan Eril.
Dengan demikian, bagi media televisi berharap ratingnya meningkat dan iklan yang mendompleng acara liputan tersebut akan melimpah.
Tapi, terlepas dari soal manajemen media, kisah tentang orang tua yang kehilangan anak remaja, memang mengundang simpati publik. Apalagi yang kehilangan adalah seorang figur publik.
Bisa dibayangkan, orang tua mana yang secara psikis tidak terpukul bila kehilangan buah hatinya, terutama yang meninggal secara tak terduga.