Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duet PKB-PKS Seberapa Nendang di Pemilu Mendatang?

16 Juni 2022   05:55 Diperbarui: 16 Juni 2022   06:24 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Ketua Umum PKB dan PKS|dok. Kompas.com, dimuat kompas.tv

Meskipun pemilu masih 2 tahun lagi, masing-masing partai politik sudah mulai menyusun strategi agar mendulang banyak suara pada pemilu tersebut nantinya.

Selain itu, jika suatu partai berhasil mendudukkan calon yang diusungnya menjadi RI-1 dan RI-2, tentu akan menjadi kesuksesan tesendiri. 

Hanya saja, saat ini secara ketentuan yang berlaku, hanya PDIP yang berhak mengusung sendiri capres dan cawapresnya karena perolehan suara atau jumlah kursinya di DPR mencukupi.

Sedangkan partai lain, mau tak mau harus mencari partai lain untuk berkoalisi. Partai kecil pun, jika dari awal ikut berkoalisi, lalu capres yang diusungnya menang, biasanya akan mendapat kursi menteri nantinya.

Sejauh ini, baru koalisi Golkar-PPP-PAN yang sudah pasti dalam arti sudah ada penandatanganan kesepakatan antar masing-masing ketua umum partai.

Sedangkan yang lain, masih dalam tahap penjajakan, seperti yang dilakukan Nasdem, Gerindra, Demokrat, dan sebagainya.

Nah, baru-baru ini tersiar berita kalau PKB dan PKS juga sudah mengadakan pertemuan di tingkat ketua umum dan jajaran elit partai, meskipun belum mendeklarasikan sebagai sebuah koalisi.

Jika PKB dan PKS berkoalisi, tentu menarik untuk dicermati dan memperkirakan seberapa nendang atau seberapa kuat pengaruhnya terhadap kenaikan suara kedua partai. 

Selain itu, menarik pula mencermati siapa figur yang akan diusung PKB-PKS sebagai capres dan cawapres pada 2024 mendatang dan perkiraan tingkat elektabilitasnya.

PKB dan PKS sebetulnya saling melengkapi. PKB kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan warna NU yang kental, sedangkan PKS kuat di Jawa Barat dan Banten. 

Meskipun derah luar Jawa penduduknya tidak sepadat Jawa, PKS juga unggul selama ini di Sumbar, Aceh, dan NTB. Sedangkan PKB sendiri tidak begitu banyak pemilihnya di luar Jawa.

Warga Muhammadiyah, meskipun punya PAN yang kelahirannya dibidani oleh Amien Rais (mantan Ketua Umum Muhammadiyah), banyak juga ternyata yang memilih PKS ketimbang PAN.

Jelaslah, kenapa duet PKB-PKS bisa disebut saling melengkapi. Berbeda misalnya, bila PKB duet dengan PPP, hanya sama-sama memperebutkan massa NU.

Namun demikian, ada masalah yang tidak bisa dianggap eneteng. Di tingkat akar rumput, massa kedua partai terkesan tidak kompak, tidak klop chemistry-nya.

Justru, diduga massa PKB merasa lebih akrab dengan massa PDIP ketimbang massa PKS. Soalnya, PKB memang lebih menekankan pada aspek pluralitas, menerima konsep "Islam Nusantara" yang menghargai  tradisi dan budaya di tanah air.

Sedangkan PKS, diakui atau tidak, citranya lebih berbau "Timur Tengah", meskipun sekarang para pimpinan PKS mencoba berpakaian kasual dan mencoba mendekati anak muda perkotaan.

Semoga saja, masing-masing pengurus partai mampu mengkomunikasikan kebijakannya (kalau terbentuk koalisi PKB-PKS) kepada massanya, agar tidak terjadi gesekan.

Memang, bagi PKB relatif sulit memilih-milih mitra koalisi, karena PKB sedikit terlambat bergerak, setelah terbentuk koalisi Golkar-PAN-PPP.

Di lain pihak, PKB sudah "kebelet" agar sang ketua umum, Muhaimin Iskandar, paling tidak pada 2024 bisa menjadi wakil presiden. 

Pertanyaanya, siapakah pasangan capres-cawapres yang akan diusung bila terbentuk koalisi PKB-PKS ? Apakah Anies Baswedan-Muhaiman Iskandar?

Tapi perlu pula diingat, jika hanya PKB-PKS yang bergabung, jumlah suaranya pada pemilu lalu, atau jumlah kursinya di DPR, belum mencukupi untuk mengusung capres.

Masih butuh paling tidak satu partai lagi yang mau diajak PKB dan PKS berkoalisi, agar bisa mengusung capres-cawapres.

Kita tunggu saja, seperti apa persiapan masing-masing partai. Semoga paling tidak ada 3 pasangan capres-cawapres, agar masyarakat tidak terbelah dua secara tajam seperti pilpres 2014 dan 2019 lalu.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun