Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Startup: Strategi Bakar Uang Ibarat Buah Simalakama

3 Juni 2022   05:32 Diperbarui: 3 Juni 2022   08:17 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dok. kompas.tv

Beberapa perusahaan rintisan (startup) diberitakan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal ke karyawannya. Detik.com (31/5/2022) menulis bahwa penyebabnya terkait dengan makro ekonomi secara global.

Seperti diketahui, kondisi perekonomian, baik di tingkat nasional maupun global, diliputi ketidakpastian setelah lebih dari dua tahun dihantam musibah pandemi Covid-19.

Sekarang, sebetulnya kondisi mulai membaik, karena pandemi semakin terkendali, meskipun kasus baru Covid-19 belum sepenuhnya hilang. 

Bahkan, beberapa pakar bidang kesehatan mengatakan bahwa saat ini kita di Indonesia sedang dalam tahap transisi dari masa pandemi ke masa endemi.

Makanya, walaupun sewaktu lebaran yang lalu, banyak sekali pergerakan masyarakat dalam arus mudik dan arus balik, penambahan kasus Covid-19 tidak mengalami lonjakan yang tajam.

Kembali ke masalah PHK Startup, jika yang dituding sebagai penyebab adalah kondisi makro ekonomi, agaknya masih bisa diperdebatkan.

Bukankah kondisi tersebut juga dihadapi oleh semua jenis usaha? Kenapa sektor lain masih mampu eksis dan tidak sampai melakukan PHK massal.

Justru, bisa jadi yang jadi penyebab utama PHK massal di perusahaan startup adalah karena kekeliruan dalam menerapkan strategi bisnis, khususnya yang disebut dengan "bakar uang"

Bakar uang di atas maksudnya adalah upaya promosi dalam menggaet pelanggan baru dan meningkatkan loyalitas pelanggan lama, dengan memberikan diskon besar-besaran.

Program cashback, penambahan poin, bonus, dan berbagai cara lainnya, yang sebetulnya secara hitung-hitungan sudah tidak masuk akal, adalah contoh dari bakar uang tersebut.

Parahnya, banyak sekali perusahaan startup yang melakukan bakar uang, yang malah membuat konsumen bingung mau memilih yang mana.

Namun, secara kalkulasi bisnis, strategi bakar uang membuat persaingan sesama startup menjadi tidak sehat. Akibatnya, tentu sebagian bertumbangan yang berujung pada PHK massal.

Akhirnya, fenomena bubble burst (gelembung yang meletus) tak terhindarkan lagi, terutama bagi startup yang ikut-ikutan menggunakan strategi bakar uang, padahal tidak punya napas panjang.

Strategi bakar uang membutuhkan kesiapan dana yang memadai dalam jangka yang relatif panjang, bukan untuk  satu atau dua kali program promosi jangka pendek saja.

Masalahnya, ada anggapan bagi perusahan pendatang baru, jika tidak ikut-ikutan bakar uang, risikonya menjadi tidak dikenal konsumen.

Jadi, bisa dikatakan ibarat makan buah simalakama, membuat perusahaan startup dengan dana terbatas menjadi serba salah. Maju kena, mundur kena.

Jika melakukan bakar uang, bisa jadi uang ludes begitu saja tanpa menambah pelanggan secara signifikan. Tapi, jika tidak melakukan, ya itu tadi, tidak dilirik oleh calon pelanggan yang disasar.

Tampaknya, sudah saatnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan didukung oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), untuk mengatur dan mengawasi perusahaan stratup, agar tidak terlibat dalam persaingan yang tidak sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun