Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Yold: Usia Boleh Lanjut, Semangat Tetap Yahud

1 Juni 2022   04:57 Diperbarui: 1 Juni 2022   05:08 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi young old (yold)|dok. Liputan6.com

Yold (young old) adalah generasi tua muda, yakni kelompok yang masih tetap aktif di usia pensiun. Orang Jepang, menyebut yold merujuk pada penduduk berusia 65 sampai 75 tahun (Kompas.com, 20/1/2022).

Artinya, pada masa sekarang, generasi yold adalah mereka yang lahir pada tahun 1947 hingga 1957, dengan syarat mereka masih tetap aktif.

Ya, boleh saja mereka disebut "menolak tua", karena tetap beraktivitas yang produktif, meskipun secara formal sudah memasuki usia pensiun.

Di Indonesia, usia pensiun seseorang berbeda-beda, tergantung profesi dan institusi tempat bekerja. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bukan guru, pensiun di usia 58 tahun. Tapi, untuk PNS guru, pensiun pada usia 60 tahun.

Adapun di perusahaan swasta dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kebanyakan mempensiunkan karyawannya pada usia 55 atau 56 tahun.

Jadi, yang disebut yold di Indonesia mungkin berbeda dengan di Jepang, yakni mereka yang berusia 60 hingga 70 tahun dan masih tetap aktif.

Pengertian aktif tersebut bisa bekerja di institusi tempat mereka bekerja sebelumnya, dengan perpanjangan kontrak kerja setelah memasuki usia pensiun, atau bekerja di institusi lain. 

Bisa juga bekerja secara mandiri dalam arti punya bisnis atau berpraktik pribadi seperti dokter, akuntan publik, penasehat hukum, konsultan, penulis, pembicara publik, dan sebagainya.

Selain itu, cukup banyak pula di Indonesia pensiunan yang memperoleh penghasilan pasif (passive income). Maksudnya, tanpa perlu bekerja, uang masuk mengalir sendiri.

Contohnya, mereka yang waktu aktif bekerja berhasil mengumpulkan uang dan digunakan untuk investasi berupa rumah yang dikontrakkan, kos-kosan, menyewakan kendaraan, dan sebagainya.

Yang juga termasuk passive income adalah mereka yang punya saham dan mendapat dividen (bagian laba dari perusahaan penerbit saham), atau yang mendapat bunga dari obligasi atau deposito yang dipunyainya.

Tentu, generasi yold yang punya penghasilan pasif lebih punya waktu untuk "me time", seperti pergi berwisata dan menikmati hal lain yang bersifat hiburan.

Kesempatan bagi mereka yang sudah pensiun untuk kembali bekerja, sebetulnya cukup terbuka, terutama bagi yang kinerjanya bagus saat masih aktif bekerja.

Hanya saja, dengan kondisi di Indonesia yang tingkat penganggurannya masih relatif tinggi, ada baiknya generasi yold tidak terlalu ngotot mendapatkan pekerjaan dari sebuah perusahaan atau institusi.

Biarlah lowongan yang tersedia diberikan kepada anak muda. Biasanya, mereka yang mau pensiun sudah diminta oleh atasannya untuk melatih juniornya yang nanti akan meneruskan tugas-tugas yang selama ini dikerjakannya.

Namun demikian, masalahnya jadi lain bila seorang pensiunan berburu pekerjaan karena motif ekonomi. Artinya, penghasilannya di masa pensiun tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Apalagi, para warga lanjut usia (lansia) di negara kita relatif tidak banyak mendapat fasilitas dari pemerintah, selain fasilitas BPJS Kesehatan bagi anggota yang aktif membayar iuran bulanan.

Padahal, di negara maju, kelompok lansia (yang disebut sebagai senior citizen) mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan, termasuk gratis dalam menggunakan beberapa fasilitas publik.

Di sinilah letak pentingnya berinvestasi sejak usia muda. Jika passive income telah mencukupi, motif bekerja generasi yold sebaiknya untuk bersosialisasi dan berbagi pengalaman saja.

Maka, generasi yold yang sudah mapan lebih baik melakukan pekerjaan yang bersifat mandiri, tidak merebut lapangan kerja bagi anak muda.

Dengan bekerja secara mandiri, waktunya tentu lebih fleksibel. Yang penting, semangat untuk berkarya dan menuangkan kreativitas masih tetap ada.

Usia boleh tua, tapi semangat tetap yahud. Yahud dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hebat atau luar biasa.

Itulah yang banyak kita lihat sekarang. Tidak hanya dalam bekerja, tapi juga kegiatan sosial. Bukankah mereka yang rajin reuni justru yang sudah berusia di atas 65 tahun. Coba saja lihat acara reuni alumni lintas angkatan dari sebuah sekolah.

Angkatan muda yang berumur di bawah 50 tahun biasanya tidak seheboh angkatan tua. Generasi yold kalau sudah kumpul-kumpul kembali merasa muda.

Dulu, ada anggapan bahwa orang yang sudah tua sebaiknya beraktivitas dengan memperbanyak ibadah saja, baik secara sendiri-sendiri maupun ikut kelompok pengajian.

Tapi, sekarang orang tua tetap beribadah dengan tidak melupakan aktivitas duniawi. Bahkan, beribadah dan berwisata bisa seiring sejalan seperti ikut program umroh plus. Maksudnya plus ke destinasi wisata seperti ke Dubai, Mesir, Yordania, atau Turki.

Tidak hanya itu, generasi yold banyak yang aktif main media sosial dengan menggunakan aplikasi yang gampang, seperti Facebook dan WhatsApp. Maka, foto-foto reuni generasi Yold banyak bertebaran di media sosial dengan aneka gaya.

Yold juga rutin mengikuti perkembangan musik terkini, menonton film di bioskop, mengetahui istilah-istilah gaul yang digunakan anak muda, atau konten-konten yang viral di media sosial.

Pendek kata, begitulah orang tua zaman now. Bagi anak muda, jangan menilai generasi yold sebagai generasi yang lupa diri atau lupa usia. Justru karena mereka tidak lupa, makanya mereka menikmati masa tua dengan hal yang membahagiakan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun