Tentu, generasi yold yang punya penghasilan pasif lebih punya waktu untuk "me time", seperti pergi berwisata dan menikmati hal lain yang bersifat hiburan.
Kesempatan bagi mereka yang sudah pensiun untuk kembali bekerja, sebetulnya cukup terbuka, terutama bagi yang kinerjanya bagus saat masih aktif bekerja.
Hanya saja, dengan kondisi di Indonesia yang tingkat penganggurannya masih relatif tinggi, ada baiknya generasi yold tidak terlalu ngotot mendapatkan pekerjaan dari sebuah perusahaan atau institusi.
Biarlah lowongan yang tersedia diberikan kepada anak muda. Biasanya, mereka yang mau pensiun sudah diminta oleh atasannya untuk melatih juniornya yang nanti akan meneruskan tugas-tugas yang selama ini dikerjakannya.
Namun demikian, masalahnya jadi lain bila seorang pensiunan berburu pekerjaan karena motif ekonomi. Artinya, penghasilannya di masa pensiun tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi, para warga lanjut usia (lansia) di negara kita relatif tidak banyak mendapat fasilitas dari pemerintah, selain fasilitas BPJS Kesehatan bagi anggota yang aktif membayar iuran bulanan.
Padahal, di negara maju, kelompok lansia (yang disebut sebagai senior citizen) mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan, termasuk gratis dalam menggunakan beberapa fasilitas publik.
Di sinilah letak pentingnya berinvestasi sejak usia muda. Jika passive income telah mencukupi, motif bekerja generasi yold sebaiknya untuk bersosialisasi dan berbagi pengalaman saja.
Maka, generasi yold yang sudah mapan lebih baik melakukan pekerjaan yang bersifat mandiri, tidak merebut lapangan kerja bagi anak muda.
Dengan bekerja secara mandiri, waktunya tentu lebih fleksibel. Yang penting, semangat untuk berkarya dan menuangkan kreativitas masih tetap ada.
Usia boleh tua, tapi semangat tetap yahud. Yahud dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hebat atau luar biasa.