Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hepatitis Misterius dan Pentingnya Dapat Vaksin Hepatitis

7 Mei 2022   05:23 Diperbarui: 7 Mei 2022   05:38 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hepatitis|dok. shutterstock.com, dimuat tempo.co

Mungkin tak terlalu menghebohkan seperti pandemi Covid-19. Tapi, sekarang ini ada penyakit hepatitis misterius yang mengancam anak-anak kita. 

Disebut misterius karena hingga saat ini penyebab dari penyakit itu belum diketahui. Dari pemeriksaan laboratorium di luar negeri tidak ditemukan virus hepatitis tipe A, B, C, D atau E sebagai penyebab penyakit tersebut (tempo.co, 5/5/2022).

Kita perlu waspada karena di Indonesia sudah ada 3 anak yang menjadi korban dan oleh Kementerian Kesehatan RI dilaporkan penyebab kematiannya diduga akibat hepatitis miterius.

Sedangkan di negara lain, sudah ratusan anak yang menjadi korban, antara lain banyak terdapat di Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Demi mencegah penularannya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk sering mencuci tangan, minum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, serta membuang tinja dan popok pada tempatnya.

Selain itu, masyarakat juga perlu menggunakan alat makan sendiri-sendiri dan memakai masker serta menjaga jarak dengan orang lain.

Orang tua harus segera mengambil langkah yang diperlukan bila anaknya mengalami gejala urin menguning, tinja berwarna pucat, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal, demam tinggi, mual, muntah, lesu, hilang nafsu makan, diare, dan kejang.

Mengacu pada pengalaman orang-orang yang terkena penyakit hepatitis, terutama tipe B dan C, jika penyakit tersebut ditemukan lebih dini, akan lebih mudah penyembuhannya.

Namun, apabila ditemukan pada tahap yang sudah parah, biasanya kesembuhan secara total relatif sulit, terutama bila sudah berkembang menjadi sirosis hati yang ditandai dengan rusaknya sel-sel hati yang membentuk jaringan parut.

Saya memberi contoh pengalaman sebuah keluarga yang diduga karena faktor keturunan, cukup banyak anak-anaknya yang mengidap penyakit hepatitis B.

Kebetulan salah seorang anak di keluarga tersebut menjadi seorang dokter. Saat si ibu meninggal dunia, anak tersebut masih mahasiswa kedokteran yang hampir rampung studinya.

Nah, si anak ini tahu bahwa ibunya meninggal karena penyakit hatinya sudah pada tahap sirosis. Di kemudian hari, 4 orang dari 8 anak si ibu juga menderita hepatitis B.

Tapi, dari 4 anak tersebut, ada salah seorang yang diketahui penyakitnya ketika masih tahap dini, sehingga setalah 2 minggu dirawat di rumah sakit dan berlanjut dengan rawat jalan selama beberapa bulan, ia pun sembuh.

Meskipun sudah sembuh, si anak tersebut tetap sekali 6 bulan melakukan pemeriksaan darah di sebuah laboratorium klinik untuk mengecek fungsi hati seperti SGOT dan SGPT.

Sedangkan yang 3 orang lagi, ketahuan sakitnya setelah cukup berat, dalam arti sudah ada sirosisnya. Secara medis sudah diusahakan secara maksimal, namun Tuhan berkehendak lain, ketiganya sudah berpulang ke rahmatullah.

Dari 3 orang tersebut, ada yang meninggal setelah 6 bulan menderita sakit, ada yang 1 tahun, dan satu lagi yang relatif lama, yakni sekitar 3 tahun.

Anak-anak di luar yang empat di atas memang tidak sakit. Tapi, tetap punya virus hepatitis B yang di lab ditulis dengan "Hbs Ag". Termasuk anak yang dokter itu tadi juga punya Hbs Ag yang positif (artinya punya virus).

Perlu diketahui, tidak semua yang punya virus berarti sakit, karena ada yang disebut pengidap sehat. Maksudnya punya virus, tapi bisa dikatakan pasif atau tidak bergejolak.

Saya sendiri pernah dijelaskan seorang dokter dengan sub spesialis khusus hepatitis, bahwa sekitar 30 juta orang Indonesia diperkirakan punya Hbs Ag yang positif. 

Hanya saja, karena tidak merasa sakit, banyak orang yang baru ketahuan punya virus saat melakukan donor darah atau saat tes kesehatan dalam rangka melamar pekerjaan.

Jadi, ada baiknya kita mengecek Hbs Ag kita masing-masing. Jika positif, kita tak perlu terlalu khawatir. Justru ada hikmahnya agar kita berhati-hati jangan sampai virusnya aktif atau bergejolak.

Salah satu bentuk kehati-hatian itu adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti cukup tidur dan mengurangi makan lemak seperti makanan yang digoreng atau yang bersantan.

Jika Hbs Ag kita negatif, itupun belum berarti aman 100 persen. Coba cek juga "Anti Hbs Ag". Kalau Anti Hbs Ag positif, maka artinya sudah imun terhadap hepatitis B secara alami.

Tapi, bila Anti Hbs Ag negatif, sebaiknya melakukan imunisasi dengan mendapatkan vaksin hepatitis B, sehingga terbentuk kekebalannya.

Sebagai catatan, hepatitis B termasuk penyakit menular, makanya vaksinasi yang sesuai sangat penting artinya sebagai upaya pencegahan.

Kembali ke soal hepatitis misterius, sambil menunggu hasil kajian para ahli, masyarakat perlu menerapkan gaya hidup sehat. Gaya hidup menjadi kata kunci yang menentukan kesehatan seseorang.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun