Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pecel Lele Makin Berkibar di Ranah Minang, Nasi Padang Tersaingi?

5 Mei 2022   18:18 Diperbarui: 5 Mei 2022   18:21 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lapek Bugih, jajanan tradisional Minang|dok. kidalnarsis.com

Keberadaan kafe-kafe di malam hari menambah semarak kota Payakumbuh, yang bahkan mengundang banyak pengunjung asal Riau. Kota ini memang terletak di tengah-tengah antara 2 ibukota provinsi, Pekanbaru dan Padang.

Jangan heran kalau di Payakumbuh sudah ada KFC, Pizza Hut, dan berbagai restoran yang bersifat franchise lainnya, baik yang berbau asing maupun nasional.

Belum lagi kalau dihitung banyak sekali pedagang kecil yang menjual ayam goreng tepung ala Amerika, atau ala nasional (tapi bukan lokal Sumbar) seperti ayam geprek, ayam penyet, tahu berontak, dan sebagainya.

Sebuah kafe di Payakumbuh|dok. pasbana.com
Sebuah kafe di Payakumbuh|dok. pasbana.com

Tapi, satu hal yang menarik perhatian saya, ada banyak warung pecel lele di Payakumbuh yang menyebar hingga pinggir kota. Ada yang bergaya tenda kaki lima, ada pula yang bergaya restoran kekinian dengan bangunan permanen.

Hebatnya, sambal pecel lele di Sumbar bisa dimodifikasi sehingga cocok dengan lidah Minang. Artinya, jika banyak warung Padang yang merambah pulau Jawa dengan memodifikasi rasa tidak sepedas aslinya di Sumbar, pedagang pecel lele juga bisa beradaptasi.

Keberanian para perantau asal Jawa yang membuka warung pecel lele dan pecel ayam pantas diacungi jempol. Mereka tidak takut bersaing dengan pedagang warung nasi masakan Minang di "kandang" orang Minang itu sendiri.

Dengan demikian, anggapan bahwa lidah Minang hanya cocok dengan masakan Minang, terpatahkan sudah. Soalnya, selain pecel lele, di Payakumbuh juga ada Soto Lamongan, Soto Betawi, Soto Bandung, Nasi Uduk, dan sebagainya.

Beberapa orang keponakan saya malah jadi ketagihan makan pecel lele. Ada sensasi tersendiri saat makanan masuk ke lidah, kata mereka.

O ya, di atas saya telah menyinggung tentang maraknya kafe-kafe di Payakumbuh. Yang menarik bagi saya, banyak kafe yang dilengkapi dengan live music.

Menurut saya, Payakumbuh berkembang pesat menjadi semacam "Little Bandung" atau "Little Kuta" di Sumbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun