Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Setelah "Puasa" Panjang, Sekarang Saatnya Panen Raya Bisnis Transportasi

24 April 2022   10:27 Diperbarui: 24 April 2022   10:43 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bus AKAP|dok. Antara/Yogi Rachman, dimuat antaranews.com

Dengan mulai terkendalinya penambahan kasus baru Covid-19 di tanah air, pemerintah memperlonggar berbagai aktivitas yang selama pandemi tidak diperbolehkan.

Seperti sekarang ini, masyarakat lebih leluasa untuk kembali melakukan tradisi setiap tahun sebelum pandemi, yakni mudik lebaran. 

Diperkirakan jumlah pemudik akan meroket, bahkan di atas jumlah pemudik pada 2019 saat lebaran terakhir sebelum pandemi.

Hal itu tentu berkaitan dengan aroma "balas dendam" akibat selama dua kali lebaran tidak boleh mudik. Kerinduan yang tertahan akan dilampiaskan pada lebaran kali ini.

Tak heran, semua moda transportasi diperkirakan akan menikmati masa panen raya. Masa panen ini seolah pelepas dahaga setelah puasa panjang selama kurang lebih dua tahun.

Tanda-tanda panen raya tersebut sudah mulai terlihat sejak menyongsong bulan puasa ini. Kegairahan di bandara, stasiun kereta api antar kota, terminal bus jarak jauh, dan pelabuhan laut, sangat jelas terlihat.

Selain itu, bisnis penyewaan kendaraan juga mengalami masa panen. Sedangkan pemudik yang membawa kendaraan pribadi melakukan servis kendaraan terlebih dahulu. 

Tentu, usaha bengkel mobil dan penjualan suku cadang serta produk lain yang diperlukan dalam servis kendaraan, juga menikmati kenaikan omzet.

Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran pada pelajaran ilmu ekonomi, maka dengan meningkatnya permintaan, jelas akan mengerek tarif berbagai moda transportasi tersebut.

Sebagai contoh, tiket pesawat rute Jakarta-Padang yang termurah biasanya berada di kisaran Rp 700.000, sekarang sudah di kisaran Rp 1,1 juta.

Itu pun tarif kalau berangkat sekarang, saat libur lebaran secara resmi belum mulai. Diperkirakan pada masa puncaknya, harga tiket makin melambung. 

Tapi, tetap saja tiket pesawat diburu calon penumpang yang sudah punya dana yang mencukupi. Terlambat sedikit memesan tiket melalui aplikasi tertentu, bisa kehabisan tiket di tanggal yang diinginkan.

Atau, bisa saja tiket masih tersedia, namun dengan tarif yang sudah sangat mahal. Untuk ukuran Jakarta-Padang, tarif Rp 1,8 juta ke atas sudah tergolong sangat mahal.

Namun demikian, sekarang pemudik tujuan Padang dan berbagai kota di Sumatera Barat, masih punya pilihan lain, yakni naik bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang melayani trayek Jakarta-Sumbar.

Meskipun bus juga menaikkan tarif, tapi masih terjangkau oleh banyak orang. Sebelum puasa, tarif bus eksekutif Jakarta-Padang rata-rata Rp 500.000. Sekarang naik menjadi Rp 600.000.

Perlu diketahui, angkutan bus jarak jauh sudah sangat lama mati suri. Dan itu bukan karena pandemi seperti yang dialami bisnis penerbangan.

Ketika harga tiket pesawat sangat murah jauh sebelum pandemi, saking murahnya malah tak berbeda jauh dengan tiket bus, betul-betul membuat penumpang tidak melirik bus.

Justru saat pandemi, bisnis bus antar kota mulai sedikit menggeliat karena penumpang pesawat yang tidak nyaman dengan kewajiban tes Covid, memilih naik bus.

Apalagi, khusus untuk penumpang tujuan Sumatera, dengan beroperasinya jalan tol dari Bakauheni-Palembang, waktu tempuh bus tujuan berbagai kota di Sumatera menjadi lebih pendek.

Sebagai respon atas melonjaknya penumpang, pengelola bus menambah frekuensi keberangkatan dari Jakarta ke berbagai kota di Sumbar. 

Di samping itu, muncul pula perusahaan angkutan bus baru dengan kendaraan yang juga baru, menambah semaraknya persaingan antar perusahaan angkutan bus jarak jauh.

Sebetulnya, bagi pemudik tujuan Padang, masih ada pilihan lain selain pesawat dan bus, yakni naik kapal. Namun, karena keterbatasan armada, frekuensi perjalanannya pun sangat sedikit.

Memang, pemudik tujuan Sumatera tidak seberuntung pemudik tujuan berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana moda transportasi kereta api masih relatif unggul ketimbang bus antar kota.

Hingga sekarang jalur kereta api di Sumatera masih sangat terbatas dan tidak terhubung dengan jalur kereta api di Pulau Jawa.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun