Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Kerja di BUMN? Pede Aja, Tak Perlu Cari Orang Dalam

16 April 2022   08:47 Diperbarui: 17 April 2022   08:35 2169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peserta mengikuti ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). (AFP/JUNI KRISWANTO)

Takdir membawa saya berkarier di sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan. Padahal, awalnya keinginan saya untuk menjadi staf pengajar di almamater saya, nyaris terwujud.

Ketika saya lulus kuliah pada tahun 1985, tanpa harus melamar, sudah "dilamar" terlebih dahulu karena diminta untuk menjadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tempat saya menamatkan S-1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Memang, ketika itu seorang lulusan S-1 bisa saja menjadi dosen dengan catatan akan ikut kuliah pascasarjana kemudian. Berbeda dengan sekarang, harus minimal S-2 agar bisa diangkat sebagai dosen di program S-1.

Hanya karena proses penerbitan Surat Keputusan (SK) sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) memakan waktu cukup lama, saya tergoda mengajukan lamaran berdasarkan iklan lowongan kerja di Koran Kompas.

Maka, saya pun mengikuti serangkaian tes di kantor pusat sebuah BUMN di Jakarta Pusat. Seingat saya ketika itu ada psikotes, tes wawancara, tes kesehatan, dan terakhir tes "bersih lingkungan", sebelum akhirnya dinyatakan diterima di BUMN tersebut.

Sebagian tes tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sebagai pihak independen yang diminta bantuannya oleh BUMN dimaksud.

O ya, soal "bersih lingkungan" memang saat Orde Baru sangat menentukan. Silsilah keluarga calon karyawan diteliti untuk membuktikan bukan keturunan dari orang yang terlibat partai terlarang (PKI atau Partai Komunis Indonesia).

Setelah beberapa bulan saya menjadi warga ibu kota Jakarta karena ditugaskan di kantor pusat BUMN tersebut, keluarlah SK saya sebagai PNS dengan tugas sebagai dosen. SK ini terpakasa saya tolak dan saya diminta membuat surat pengunduran diri.

Alhamdulillah, saya merasa betah di BUMN tersebut dan setia berkarier selama 30 tahun (1986-2016). Kecuali pernah di Denpasar (1996-1997), selebihnya saya bertugas di berbagai divisi di kantor pusat di Jakarta.

Saya teringat, ada pertanyaan yang menyakitkan dari orang dalam sendiri setelah saya beberapa hari mulai bekerja: "dik, kamu bawaan siapa kok diterima di sini?"

Saya jawab saja saya tidak dibawa siapa-siapa. Sadarlah saya, ketika itu faktor koneksi dengan orang dalam masih lazim dalam penerimaan karyawan BUMN.

Tapi, setelah saya analisis lagi, faktor orang dalam tersebut diduga terjadi untuk rekrutmen karayawan level pelaksana. Sedangkan di level staf, terutama level management trainee (MT) seperti yang saya ikuti, relatif lebih bersih.

Perlu diketahui, MT atau di tempat lain disebut juga dengan ODP (Official Development Program), merupakan program pengkaderan untuk regenerasi pejabat, semisal level kepala cabang ke atas, di sebuah perusahaan.

Logikanya, sebuah perusahaan akan serius mencari calon terbaik yang diyakini nantinya bisa membawa perusahaan semakin maju dan berkembang. 

Nah, kebetulan sekarang ini lagi dibuka rekrutmen BUMN, di mana tersedia 2.700 lowongan kerja di 56 perusahaan milik negara. Ini merupakan program yang tergolong langka, karena biasanya masing-masing BUMN merekrut karyawan secara terpisah.

Saran saya, bagi mereka yang berminat, sebelum mengajukan lamaran, sebaiknya memahami terlebih dahulu budaya kerja yang lazim di BUMN.

Sebagian besar BUMN sudah menerapkan sistem pengembangan karier yang baik. Karyawan yang berkinerja di atas rata-rata, relatif lebih cepat dipromosikan ketimbang yang kinerjanya biasa-biasa saja.

Sistem senioritas berangsur-angsur ditinggalkan, Tak heran, beberapa BUMN mempunyai direktur yang masih berusia relatif muda. 

Namun demikian, anak muda cerdas yang terkesan terlalu pede dan kurang memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi dengan atasan, bisa terhalang kariernya.

Kemudian, pelajari BUMN mana saja yang ikut program rekrutmen bersama. Menurut saya, BUMN yang paling menantang adalah yang sudah berstatus PT (Persero) Tbk. Artinya, perusahaan tersebut sudah go public.

Kenapa harus pilih-pilih BUMN? Karena menjadi karyawan BUMN bukanlah seperti menjadi PNS. Kalau PNS, di istansi manapun relatif sama penggajiannya, yakni tergantung golongan kepangkatannya.

Sedangkan di BUMN, masing-masing punya sistem kepangkatan dan penggajian yang berbeda. Ada BUMN yang relatif baik tingkat kesejahteraan karyawannya, ada pula yang sedang-sedang saja. Bahkan, ada BUMN yang masih merugi.

Bagi para peminat yang sudah merasa mantap, yakin akan berkarier di BUMN, bersiaplah untuk memenuhi persyaratan dan mengikuti seleksi. Jangan sampai tidak lolos karena masalah tidak lengkapnya persyaratan administrasi.

Satu hal yang mesti dipahami, tak perlu kasak-kusuk mencari bantuan orang dalam, karena akan percuma saja. Seorang pelamar harus punya rasa percaya diri yang tinggi.

Seorang pelamar yang punya kemampuan akademis yang baik, tentu bisa menjadi modal. Hal ini menunjang kemampuan analitis dan kemampuan memecahkan masalah.

Tapi, pengalaman dalam berorganisasi juga tak kalah penting. Hal ini menunjang untuk membentuk rasa percaya diri, kemampuan berkomunikasi dan bagaimana memengaruhi orang lain.

Selamat berjuang bagi mereka yang ikut mendaftar rekrutmen BUMN, semoga berhasil.

Ilustrasi karyawan baru BUMN|dok. jatimnetwork.com
Ilustrasi karyawan baru BUMN|dok. jatimnetwork.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun