Dari pengamatan saya secara sekilas, banyak sekali anggota mapia yang sukses membuka usaha Rumah Makan Padang dan Sate Padang.
Sebagai contoh, dekat rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, beberapa rumah makan Padang yang loksi usahanya berdekatan, semuanya milik perantau asal Pariaman.
Demikian pula pedagang sate Padang. Kalau ini lebih gampang ditandai, karena namanya pakai "ajo" (sebutan kakak laki-laki di Pariaman, kalau di daerah Sumbar lainnya disebut "uda").
Seingat saya, di Pasar Santa, Jakarta Selatan, ada Sate Padang Ajo Ramon, yang lumayan banyak pelanggannya. Kebetulan, saya adalah salah satunya.
Tapi, salah satu "gembong mapia" yang betul-betul kisah hidupnya menginspirasi banyak perantau Minang, adalah sosok seorang "crazy rich" bernama Basrizal Koto.
Seperti ditulis Kumparan.com (23/2/2022), Basrizal ketika kecil tidak tamat SD. Lelaki asal Pariaman kelahiran 1959 tersebut putus sekolah pada kelas 5 SD dan setelah itu merantau ke Riau.
Ia memulai karier dengan menjadi kernet angkutan umum, kemudian naik pangkat jadi sopir. Selanjutnya, Basrizal merambah bidang lain, menjadi tukang jahit dan penjual pete.
Berkat ketekunan dan keuletannya, Basrizal kemudian jadi penjual motor pada usia 17 tahun. Pada usia dewasanya, Basrizal telah memiliki banyak perusahaan yang begerak di berbagai bidang.
Basko Grand Mall merupakan mal dan hotel milik Basko (Basrizal Koto) yang berada di Padang. Ia menjadi tajir melintir dari bisnis properti, percetakan, media, tambang batu bara, peternakan, pengalengan daging, dan sebagainya.