Apakah betul panggilan babe terkesan lebih akrab dengan anak, sehingga kayak teman? Saya rasa tidak seperti itu, meskipun anak saya mungkin terkesan dengan temannya yang "bersahabat" dengan ayahnya yang dipanggil "babe".
Soal berteman dengan anak sendiri, menurut saya lebih pada karakter orang tua, bukan soal apa panggilannya.Â
Tapi, terlepas dari itu, masyarakat Betawi memang cenderung akrab dalam berkominikasi. Coba saja lihat di film Si Doel, gaya ceplas ceplos si Babe yang diperankan Benyamin saat ngobrol dengan anaknya si Doel (diperankan Rano Karno).
Nah, sebagai orang Minang, saya akan menjelaskan panggilan kepada ayah dalam bahasa Minang, yang pada umumnya adalah "apak", berasal dari kata bapak. Tapi, di beberapa tempat lazim pula kata "abak".
Untuk sebutan ibu, yang paling lazim adalah "amak", mungkin dari kata "emak" dalam bahasa Melayu. Selain itu, di beberapa tempat juga lazim sebutan amai dan biyai.
Namun, sejak tahun 60-an (ini tahun kelahiran saya), rata-rata sudah bergaya modern, sehingga mulai banyak yang menggunakan panggilan papa-mama. Karena orang Minang suka memendekkan kata, papa-mama punya variasi lain, yakni "apa-ama".
Yang lebih modern lagi pakai papi-mami seperti tetangga saya di Payakumbuh yang orang kaya dan terpandang.
Panggilan papa-mama digunakan oleh anak-anak saya terhadap saya dan istri. Hal yang sama juga dilakukan keponakan-keponakan saya pada ayah dan ibunya.
Tapi, belakangan ini, banyak orang Minang yang memanggil ayah-bunda, seperti dilakukan anak-anak dari beberapa keponakan saya.
Kembali ke anak saya, penggunaan panggilan ke orang tua yang tidak matching dengan memasangkan babe dan bubun, sebetulnya mengulang kisah orang tua saya sendiri.
Hanya saya yang menerapkan panggilan yang matching, yakni itu tadi, anak-anak memanggil papa-mama. Karena itulah pasangannya yang pas, seperti papi-mami, ayah-bunda, atau ibu-bapak.