Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Rak Koran di Ruang Tunggu Eksekutif Kosong Melompong

11 Maret 2022   08:45 Diperbarui: 11 Maret 2022   10:26 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rak koran kosong melompong di sebuah ruang tunggu | dok. pribadi.

Konon, pekerjaan paling membosankan adalah menunggu sesuatu. Makanya, di setiap tempat pelayanan umum atau pelayanan bagi pelanggan dari suatu perusahaan, disediakan ruang khusus untuk menunggu.

Ruang tunggu pun ada kelas-kelasnya. Yang saya tuliskan berikut ini bukan cerita tentang ruang tunggu sembarangan, tapi ada embel-embel lain yang menggambarkan bahwa pengguna ruang tunggu itu orang tertentu saja.

Contohnya, kalau di bank biasanya ada ruang tunggu untuk nasabah prioritas. Syarat menjadi nasabah prioritas berbeda-beda antar bank, tapi semuanya dikaitkan dengan saldo di rekening si nasabah yang tergolong besar.

Kalau di bandara, ada yang namanya executive lounge yang biasanya menyasar calon penumpang pesawat yang punya kartu debit atau kartu kedit yang dipegang nasabah prioritas dari bank tertentu yang bekerja sama dengan pihak pengelola lounge.

Kalau di stasiun kereta api antar kota, bagi penumpang kelas eksekutif, sebelum dipersilakan naik ke gerbong, bisa menunggu di ruang tunggu eksekutif.

Nah, tentu berada di ruang tunggu tersebut di atas jauh lebih nyaman ketimbang ruang tunggu bagi penerima bantuan sosial di bank pemerintah yang bisa mengular sampai ke halaman bank sambil berdiri atau jongkok, karena kehabisan kursi plastik.

Atau, ruang tunggu di puskesmas ketika banyak pemegang kartu BPJS yang antri sebelum jam pelayanan dimulai. Bahkan, ada yang datang sejak waktu subuh.

Saya kebetulan lumayan sering berada di ruang tunggu, baik kelas eksekutif mapun kelas "ekonomi" (sekadar membedakan dengan yang eksekutif).

Karena saya seorang pembaca koran atau majalah, jika saya berada di ruang tunggu eksekutif, hal pertama yang saya cari adalah rak koran, apakah tersedia koran hari ini.

Koran Kompas dan Majalah Tempo menjadi favorit saya, tapi kalau itu tidak ada, koran apapun saya lahap. 

Jika saya berada di ruang tunggu noneksekutif, saya tidak perlu celingak celinguk mencari rak koran karena memang tidak ada. Maka, saya langsung membaca berita online.

Tapi, seiring datangnya masa senjakala media cetak, di ruang tunggu eksekutif pun sekarang rak korannya sering kosong melompong.

Paling tidak, seperti itulah yang saya alami pada Kamis (10/3/2022) kemarin di sebuah bengkel resmi dari sebuah dealer mobil yang sangat terkenal di Indonesia.

Artinya, bengkel resmi tersebut bernaung pada grup perusahaan dengan nama besar, sehingga tak heran kalau pelayanannya lumayan bagus. 

Mulai saat tamu masuk gerbang halaman kantor, petugas sekuriti sudah melayani dengan ramah, berikutnya mendaftar di customer service dengan ruang tunggu yang nyaman.

Jika pendaftaran selesai, tamu bisa pindah ke ruang tunggu lain yang berdinding kaca untuk bisa memantau mobilnya yang lagi diservis. 

Ruang tunggu di sini lebih luas dan lebih nyaman ketimbang ruang tunggu di front office. Masalahnya, itu tadi, kok saya gak melihat ada koran di rak?

Saya sudah melihat ke semua tamu, mana tahu rak koran kosong karena korannya lagi dibaca oleh tamu. Namun, memang tidak ada yang membaca koran, semuanya sibuk dengan telpon genggam masing-masing.

Maka, bagi saya, sejuknya pendingin udara dan kebebasan mengambil teh, kopi, dan snack, seakan hambar tanpa membentangkan koran di depan mata.

Karena saya sudah lumayan sering ke bengkel resmi tersebut, rata-rata 6 bulan sekali (kecuali pada 2020 di awal pandemi), saya tahu bahwa biasanya di ruang tunggu selalu ada koran.

Buktinya, ada rak khusus untuk koran. Hanya saja, sekarang tidak lagi disediakan. Mungkin itu sudah keputusan manajemennya dengan berbagai pertimbangan.

Saya kira pihak pengelola tidak salah, karena tamu yang datang sekarang hampir semuanya main gawai dan tidak butuh koran.

Tamu aneh yang masih setia dengan koran seperti saya, sudah termasuk manusia langka, dan pengelola ruang tunggu tak perlu melayani kebutuhan 1-2 orang dengan berlangganan media cetak, yang sekarang semakin naik harganya.

Semakin sedikitnya pembaca koran dan majalah versi cetak, membuat media cetak beguguran satu persatu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun