Padahal, kalau tidak berhasil menyalib truk odol, kecepatan kendaraan harus kita kurangi mengikuti kecepatan truk odol. Lalu, kemacetan pun tak terelakkan bila di belakang kita juga sudah banyak iring-iringan kendaraan.
Tapi, coba kita tinggalkan sejenak kekesalan kita bila di depan ada truk odol yang menghambat kelancaran lajunya perjalanan kita.
Pernahkah kita berpikir, kenapa ada truk odol? Ternyata, permasalahan yang melilit keberadaan truk tersebut demikian banyak, sehingga nasibnya ibarat maju kena mundur kena.
Paling tidak, yang terkait langsung dengan truk odol adalah pihak pemilik barang, pemilik armada truk atau pengusaha angkutan barang, dan pihak pengemudi truk.
Lalu, yang secara tidak langsung terkait lebih banyak lagi. Pemerintah sendiri jika dilihat dari berbagai kementerian yang ada, kepentingan setiap kementerian bisa berbeda-beda.
Kementerian yang mengurus perdagangan lebih menekankan soal kelancaran arus barang. Tapi, kementerian yang mengurus perhubungan lebih fokus pada keselamatan di jalan raya.
Ada lagi kementerian yang menangani pekerjaan umum yang bisa jadi lebih memperhatikan dampak kerusakan jalan akibat truk odol.
Masyarakat yang terdampak tidak hanya pengendara yang terhambat perjalanannya karena ada truk odol. Tapi, barang-barang yang dibawa truk tersebut nantinya akan digunakan masyarakat sebagai konsumen.
Sebagai konsumen, pasti kita ingin barang yang berkualitas tapi dengan harga terjangkau. Nah, di sinilah masalahnya. Murah, tapi bermutu itu tidak gampang menemukannya.
Artinya, faktor harga menjadi salah satu penentu dalam mengambil keputusan, apakah seseorang akan membeli atau tidak.
Hal itu sangat disadari oleh pihak yang terkait langsung dengan truk odol itu tadi. Dengan truk odol, karena daya muatnya berlipat, ongkos angkut barang per satuan (umpamanya per kilogram, per buah, per liter, dan sebagainya) jatuhnya lebih murah.