Mereka yang salat harusnya tidak berani berbuat maksiat, tidak berani korupsi, tidak berani menghujat orang lain atas dasar sentimen bernuansa SARA, dan perbuatan negatif lainnya.
Berat memang, dan mudah-mudahan tidak ada yang pesimis dengan mengatakan "kalau begitu tidak usah salat saja, bukankah semuanya sia-sia?"
Justru salatnya yang harus diperbaiki, disempurnakan, sehingga berdampak pada bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini memerlukan aksi nyata, baik secara individu maupun berjamaah.Â
Bayangkan, jika masing-masing individu sudah mampu mendirikan salat yang berkualitas dan berhasil membebaskan diri dari perbuatan negatif, betapa besar dampaknya.
Ingat dulu zaman ramai-ramai ikut penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)? Memang, banyak yang ikut penataran, tapi praktik pungli jalan terus.
Tapi, analoginya kira-kira seperti itu. Maksudnya, dalam salat kita perlu betul-betul khusyuk, menghayati maknanya dan mengamalkannya. Begitulah teorinya. Tapi, praktiknya sangat tidak mudah, termasuk bagi penulis artikel ini.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H