Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sajadah dan Tasbih di Ruang Kerja, tapi Korupsi Tetap Ada

1 Maret 2022   05:22 Diperbarui: 1 Maret 2022   05:29 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salat|dok. solopos.com

Ketika itu, saya mengenal belasan senior (dari sekitar 50 orang pegawai di ruang tempat saya bekerja) yang KTP-nya Islam tapi tidak salat.  

Bahkan, saya punya bos, yakni Kepala Divisi Akuntansi, meskipun ber-KTP Islam, yang saya lihat di kantor pada waktu salat Zuhur dan Ashar beliau tidak salat.

Dan seolah tahu isi pikiran saya, entah kenapa, suatu kali beliau mengakui di kantor tidak melaksanakan salat karena kurang yakin dengan kebersihan celana panjangnya setelah buang air kecil di toilet.

Padahal, sebagai pejabat, beliau punya toilet eksekutif. Tapi, pada waktu itu memang belum lazim pada tempat buang air kecil laki-laki diberi penyekat kaca atau plastik yang sekarang banyak dipakai, agar tidak nyiprat ke celana.

Kemudian, saya juga punya beberapa teman yang hanya salat setiap salat Jumat saja. Tak ada perasaan malu teman-teman tersebut, ketika di saat Zuhur dan Ashar, sebagian pekerja ke musala untuk menunaikan salat.

Adapun para staf yang diterima bekerja tahun 2000 ke atas, suasananya sudah berubah. Yang perempuan banyak yang berhijab dan baik laki-laki maupun perempuan rajin salat lima waktu.


Sedangkan yang tidak salat tentu saja yang non-muslim dan satu-dua yang muslim yang masih belum dapat "panggilan" atau belum "hijrah".

Saya teringat, teman-teman saya waktu kuliah pada dekade 80-an, banyak juga yang tidak salat. Untuk para aktivis kampus seakan terbelah dua, antara grup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan grup "independen" yang malas salat.

Suatu waktu, saya ikut kelompok studi banding ke sebuah universitas negeri di Jawa Timur. Ketika mendekati waktu salat Jumat, pihak tuan rumah yang memandu kami ke masjid terdekat, merasa kaget kok banyak di antara kami tidak ikut salat.

Kembali, seperti sudah dipaparkan di atas, saat ini secara kuantitas sudah terjadi peningkatan dalam hal pelaksanaan salat. Masalahnya, ya pada kualitas salat yang harus diperbaiki, bukan sekadar "pelunas utang".

Indikasi salat yang berkualitas seharusnya berkorelasi positif dengan perbuatan amar makruf nahi mungkar (mengajak melakukan perilaku baik dan mencegah perilaku buruk).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun