Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berharap Payudara Kencang, Justru Nyawa Melayang

25 Februari 2022   08:19 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:23 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tersangka kasus dugaan malpraktik filler payudara|Dok. Polres Jakarta Barat, dimuat Kompas.com

Harian Kompas (24/2/2022) menurunkan berita yang bisa menjadi pelajaran bagi kaum wanita yang ingin memperindah tubuhnya, khususnya pada bagian payudara.

Ceritanya tentang seorang wanita bernama Rahayu yang berusia 34 tahun yang berharap memiliki payudara kencang dengan cara instan.

Hanya saja, cara yang ditempuh Rahayu tergolong sangat tinggi risikonya karena menggunakan jasa kecantikan yang berpraktik secara ilegal.

Memang, Rahayu punya pengalaman pada tahun 2011 mendapat empat suntikan silikon dari ER alias Windi, seorang transpuan yang sekarang berusia 54 tahun.

Ketika itu, Rahayu merasa payudaranya menjadi lebih indah. Nah, karena sekarang payudaranya mulai mengendor, Rahayu pun mengontak Windi.

Mereka berdua lantas bertemu untuk melakukan penyuntikan payudara, Jumat (18/2/2022) pukul 13.00 di sebuah hotel bintang 2 di kawasan Sawah Besar, Tamansari, Jakarta Barat.

Windi datang bersama A (29 tahun) yang merupakan orang kepercayaannya. Windi dan A membawa satu jeriken cairan silikon yang dibeli di toko kimia seharga Rp 250.000, obat bius, antibiotik, obat nyeri dan alat suntik.

Setelah pekerjaan Windi selesai menyuntikkan 500 mililiter cairan silikon ke masing-masing buah dada Rahayu, Rahayu membayar sesuai kesepakatan, yakni total Rp 4 juta (Rp 1,5 juta di antaranya telah ditransfer sebelumnya ke rekening Windi).

Petaka terjadi beberapa jam setelah itu. Bekas suntikan di payudara Rahayu mengeluarkan cairan yang baru dimasukkan disertai darah. 

Lama kelamaan, tubuh Rahayu lemas dan kedinginan, tapi ia masih bisa mengeluhkan kondisinya kepada Windi melalui aplikasi pesan Whatsapp sekitar pukul 16.00.

Tak disangka, setelah itu Rahayu menghembuskan napas terakhir. Ketahuannya setelah pada besoknya (Sabtu, 19/2/2022) sekitar jam 13.00, seorang staf hotel mendatangi kamar itu karena Rahayu seharusnya sudah check out.

Kasus ini sudah ditangani oleh Polsek Tamansari yang mendapat laporan dari pihak hotel. Windi dan A telah ditangkap pada Senin (21/2/2022) dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

Dari peristiwa di atas, tentu banyak hal yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Sungguh terlalu besar taruhannya, bila demi memperindah payudara, justru nyawa melayang.

Bahwa keinginan memperindah tubuh, sebetulnya wajar-wajar saja. Sudah kodratnya wanita memang ingin wajahnya cantik dan tubuh yang indah.

Sayangnya, persepsi seseorang tentang kecantikan biasanya sudah terpengaruh dengan para bintang yang sering muncul di media massa, termasuk televisi dan film.

Warna kulit yang putih dianggap lebih cantik dengan bodi yang langsing tapi pinggul dan payudara berisi. Yang seperti itulah yang diidamkan banyak wanita. Berbagai produk dan jasa pun digunakan agar idaman itu terwujud.

Kembali ke kasus Rahayu, kalau ditelusuri dari pemberitaan media daring di masa lalu, sudah ada peringatan dari Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) tentang betapa bahayanya suntik silikon.

Sebagai contoh, cnnindonesia.com (3/10/2014) memuat pernyataan Budiman dari PERAPI bahwa memasukkan cairan ke dalam tubuh tanpa pengawasan dari tenaga medis bisa membawa malapetaka.

"Injeksi silikon itu bisa menyebabkan kematian," kata Budiman. Hal itu terjadi bila salah menyuntik, cairan silikon bisa masuk ke pembuluh darah di daerah dada dan akan menyumbat aliran darah ke jantung.

Pernyataan Budiman tersebut berkaitan dengan penggunaan silikon cair yang ternyata masih sering ditemukan di masyarakat, meskipun sudah ada operasi pemasangan implan silikon. 

Mereka yang memilih silikon cair pertimbangannya hanya karena memakan biaya yang lebih murah, tapi tidak mengkaji secara cermat risikonya. 

Peringatan dari PERAPI di atas momennya berdekatan dengan apa yang dialami Malinda Dee, terpidana kasus penggelapan dan pencucian dana nasabah Citibank (detik.com, 3/10/2014).

Malinda ketika itu mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung. Namun, karena gangguan di payudaranya yang meleleh akibat pakai silikon, Malinda diizinkan dirawat di RS Santosa, Bandung. 

Jelaslah, penting kiranya mendapat informasi yang memadai sebelum menggunakan jasa kecantikan dari pihak tertentu. Tidak hanya legalitas si pelaku yang perlu diketahui, juga berbagai risiko yang berpotensi muncul. 

Sebetulnya, di era informasi berlimpah seperti sekarang ini, sangat gampang mengetahui sesuatu dari media daring. Walaupun informasi itu perlu disaring, hanya mengikuti dari sumber yang kredibiltasnya sudah teruji.

Misalnya informasi tentang silikon, ternyata silikon cair berbeda dengan silikon implan yang bisa dipakai untuk memperbesar payudara. 

Silikon cair tidak direkomendasikan untuk memperbesar payudara karena berefek samping pada organ tubuh hingga berujung kematian. Sedangkan silikon implan direkomendasikan, itupun melalui tindakan operasi medis yang berlisensi.

Wajah cantik dan tubuh yang indah, siapa yang tidak mau? Tapi, terlalu mahal jika harus mengorbankan nyawa. Kehidupan ini jauh lebih penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun