Mungkin karena bukan hari libur dan belum jam para karyawan pulang kerja, pada jam 15.30 sore saat kami sampai di sana, relatif belum ramai.
Begitu kami berada di gerbang masuk jembatan, ternyata ada pengumuman tertulis bahwa mereka yang mau naik skywalk harus mengunjukkan struk belanja minimal Rp 50.000 di mal yang ada sebelum pintu masuk ke jembatan.Â
Memang, mereka yang mau ke jembatan, tak ada akses lain, selain dari mal. Maka, kami pun menyempatkan diri berbelanja makanan ringan dan minuman di salah satu gerai dekat jembatan.
Mal di Spark sebetulnya masih banyak space yang kosong. Tapi tenant yang menjual aneka makanan dan minuman lumayan banyak. Makanya, inilah yang laris agar bisa naik skywalk.
Saya cukup puas menikmati jembatan tersebut. Tidak hanya desain jembatannya yang cantik, view dari atas jembatan pun sangat memikat, cocok sekali untuk berfoto dan diunggah di media sosial.
Apalagi, kalau datang diwaktu senja, saat jejeran gedung pencakar langit ibu kota bermandikan cahaya lampu, sungguh menarik. Di siang hari, pemandangan danau dengan air mancurnya yang lumayan luas di depan mal Spark, juga memanjakan mata.
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta Pusat.
Kedua, kami mengunjungi jembatan bawah tanah atau terowongan yang menghubungkanSaya memang penasaran setelah membaca di media daring bahwa terowongan tersebut sudah rampung pembangunannya pada September 2021 lalu.Â
Dari foto yang ada di media daring, jembatan bawah tanah yang dinamakan Terowongan Silaturahmi itu, penampilannya lumayan mengundang minat saya untuk berkunjung.
Ternyata, sesampainya di Masjid Istiqlal, dan memarkir kendaraan di basement masjid (sebelum direnovasi, parkir di basement ini belum ada), petugas di sana menjelaskan bahwa terowongan yang akan kami tuju belum mulai beroperasi.
Alasannya, masih menunggu peresmian dari Presiden Joko Widodo. Tadinya saya menafsirkan bahwa kalau sudah selesai dibangun, sudah langsung beroperasi.