Merebaknya varian baru Covid-19 yang dinamakan varian omicron telah menunjukkan keganasannya di negara kita. Pada bulan Februari 2022 ini jumlah kasus Covid-19 meningkat drastis dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Bahkan, telah terjadi pemecahan rekor baru penambahan kasus secara harian. Sebelumnya, ketika varian delta sedang menggila, penambahan kasus harian tertinggi secara nasional tercatat pada 15 Juli 2021 dengan 56.757 kasus.
Sampai tulisan ini disusun, rekor nasional saat ini terjadi pada 16 Februari 2022 dengan penambahan dalam 1 hari sebanyak 64.718 kasus.
Mengingat kondisi seperti itu, sebaiknya kita tidak bepergian keluar rumah. Jika terpaksa harus pergi, wajib mengikuti ketentuan protokol kesehatan.
Namun demikian, karena saya kedatangan kakak perempuan dari Dumai, Riau, saya merasa perlu membawanya berjalan-jalan menikmati pemandangan di Jakarta.
Saya dan istri sudah mendapat vaksin booster. Tapi, tidak berarti kalau berkunjung ke tempat yang agak ramai, pasti aman. Apalagi, kakak saya yang dari Riau itu belum lagi dapat booster, walaupun sudah dapat vaksin kedua.
Jadi, sambil jalan-jalan kami semua tetap waspada omicron. Caranya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan jika di suatu lokasi ada orang yang berkerumun, kami menghindar.
Ada 2 objek yang kami kunjungi pada Senin (14/2/2022) lalu, dan dua-duanya berupa jembatan baru dan cantik. Objek tersebut relatif dekat dari rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Pertama, adalah Skywalk yang berada di kawasan Senayan Park (disingkat jadi Spark) yang dulunya adalah Taman Ria Senayan dan baru beberapa bulan selesai dirombak total.
Mungkin karena bukan hari libur dan belum jam para karyawan pulang kerja, pada jam 15.30 sore saat kami sampai di sana, relatif belum ramai.
Begitu kami berada di gerbang masuk jembatan, ternyata ada pengumuman tertulis bahwa mereka yang mau naik skywalk harus mengunjukkan struk belanja minimal Rp 50.000 di mal yang ada sebelum pintu masuk ke jembatan.Â
Memang, mereka yang mau ke jembatan, tak ada akses lain, selain dari mal. Maka, kami pun menyempatkan diri berbelanja makanan ringan dan minuman di salah satu gerai dekat jembatan.
Mal di Spark sebetulnya masih banyak space yang kosong. Tapi tenant yang menjual aneka makanan dan minuman lumayan banyak. Makanya, inilah yang laris agar bisa naik skywalk.
Saya cukup puas menikmati jembatan tersebut. Tidak hanya desain jembatannya yang cantik, view dari atas jembatan pun sangat memikat, cocok sekali untuk berfoto dan diunggah di media sosial.
Apalagi, kalau datang diwaktu senja, saat jejeran gedung pencakar langit ibu kota bermandikan cahaya lampu, sungguh menarik. Di siang hari, pemandangan danau dengan air mancurnya yang lumayan luas di depan mal Spark, juga memanjakan mata.
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta Pusat.
Kedua, kami mengunjungi jembatan bawah tanah atau terowongan yang menghubungkanSaya memang penasaran setelah membaca di media daring bahwa terowongan tersebut sudah rampung pembangunannya pada September 2021 lalu.Â
Dari foto yang ada di media daring, jembatan bawah tanah yang dinamakan Terowongan Silaturahmi itu, penampilannya lumayan mengundang minat saya untuk berkunjung.
Ternyata, sesampainya di Masjid Istiqlal, dan memarkir kendaraan di basement masjid (sebelum direnovasi, parkir di basement ini belum ada), petugas di sana menjelaskan bahwa terowongan yang akan kami tuju belum mulai beroperasi.
Alasannya, masih menunggu peresmian dari Presiden Joko Widodo. Tadinya saya menafsirkan bahwa kalau sudah selesai dibangun, sudah langsung beroperasi.
Sayang juga rasanya, sudah sekitar 5 bulan selesai pembangaunan jembatan yang menjadi simbol persaudaraan antar umat beragama di negara kita, tapi masih dibiarkan menganggur.
Sebagai pengobat kekecewaan, kami menikmati beberapa perubahan di Istiqlal, setelah dilakukan renovasi. Hasil renovasi, antara lain adanya tempat parkir kendaraan di basement yang luas dan nyaman.
Tapi, perubahan yang lebih menarik bagi pengunjung, adalah dibuatnya taman yang indah dan luas di halaman masjid. Kalau di malam hari, tata lampu masjid ini juga menjadi lebih memikat dan  bergaya kekinian.
Di halaman masjid ini juga ada beberapa pedagang makanan yang disediakan tempat yang layak. Bahkan, bila ada event tertentu, sudah terlihat tempat yang tertata rapi bagi para pedagang kecil menggelar dagangannya.
Sekarang, di banyak kota di berbagai penjuru tanah air, seperti berlomba-lomba membangun masjid megah. Bahwa jemaahnya tidak banyak, sehingga terkesan sepi, itu soal lain.
Soalnya, masing-masing pemda atau pihak lain yang membangun masjid juga berpikiran bahwa saat ini eranya masjid cantik sebagai objek wisata religi, sehingga ramai menghiasi media sosial.
Namun demikian, Masjid Istiqlal yang mulai dibangun pada 1961 dan dirancang arsitek beragama Kristen, Friedrich Silaban, tetap menjadi masjid terbesar dan termegah di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H