Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, sekarang banyak sekali jenis pekerjaan yang mewajibkan para karyawannya memakai seragam kerja.
Dulu yang sering kita jumpai dan sangat gampang diketahui pekerjaannya, contohnya adalah anggota TNI, Polri, pegawai Pemda, Satpol PP, Satpam, dan petugas kebersihan yang kalau di Jakarta berseragam oranye.
Ada juga seragam yang lebih spesifik dan terkesan lebih elit, seperti di lingkungan TNI ada anggota Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Sekarang, kalau kita main ke mal-mal atau ada urusan ke kantor tertentu, akan gampang pula menemui pekerja yang berseragam tenaga cleaning service, office boy, sales promotion girl (SPG), pelayan restoran Padang, tukang parkir, teknisi, dan sebagainya.
Atau kalau kita ke bandara, tentu melihat para pramugari dengan seragam kerjanya yang seksi (ada yang roknya dibelah dari lutut) dan seragam pilot yang terkesan gagah.
Dengan adanya pakaian seragam, selain akan mudah dikenali, tentu juga ada tujuan lain yang diharapkan oleh instansi atau perusahaan yang mewajibkan pekerjanya berseragam.
Bisa jadi untuk menanamkan jiwa persatuan atau agar lebih kompak, memudahkan koordinasi, dan tidak ada yang pamer pakaian mahal.
Tapi, dalam kondisi tertentu, seragam kerja bisa saja menjadi hal yang kurang menguntungkan. Misalnya, ketika ada aksi demo mahasiswa, aparat yang memakai seragam bisa dianggap lawan dan menjadi sasaran penyerangan.
Pernah pula terjadu "perang" antar instansi, misalnya tentara versus polisi dari kesatuan tertentu. Adakalanya, aparat dari kesatuan lain bisa jadi korban salah sasaran, gara-gara seragamnya sama.
Atau ada yang memakai seragam aspal buat mengeruk keuntungan pribadi. Biasanya polisi gadungan pasang aksi untuk menghentikan kendaraan dan pura-pura mau menilang, tapi ujung-ujungnya minta uang.
Tak sedikit pula wanita yang tergoda dengan lelaki berseragam yang menyatakan cinta, tapi berujung kekecewaan begitu ketahuan seragamnya bohong-bohongan. Â