Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia yang dinamakan Liga 1, pada periode 2021-2022 sudah menyelesaikan pertandingan ke-21 untuk semua klub. Sebagian klub bahkan sudah menyelesaikan laga ke -22.
Memang, masih panjang perjalanan setiap klub, karena masing-masing akan bertanding sebanyak 34 kali. Jadi, segala sesuatu masih bisa terjadi.
Arema FC yang sekarang bercokol di puncak klasemen sementara, belum tentu akan menjadi juara, demikian pula Persiraja Banda Aceh yang terpuruk di dasar klasemen, belum tentu akan terdegradasi.
Pada Minggu (30/1/2022) Persiraja bahkan berhasil memutus mata rantai prestasi buruknya dengan menjungkalkan Persija Jakarta dengan skor 1-0.
Dengan demikian, dari 22 kali bermain, Persiraja memetik 2 kali kemenangan, 5 kali imbang, dan 15 kali menelan kekalahan.Â
Klub kebanggan Aceh ini memang masih terpuruk di dasar klasemen sementara, tapi harapan masih ada untuk menghindar dari zona neraka. Poin Persiraja sekarang adalah 11, terpaut 5 poin dengan klub yang satu peringkat di atasnya.Â
Padahal, peringkat 3 peringkat terbawah akan terdepak. Jadi, paling jelek suatu klub harus bertengger di peringkat 15 pada klasemen akhir agar tetap berada di Liga 1 periode berikutnya.
Pengganti 3 klub yang akan terdegradasi sudah jelas, yakni 3 klub teratas di Liga 2 yang sudah usai berkompetisi. Ke 3 klub itu adalah Persis Solo, RANS FC Cilegon, dan Dewa United.Â
Kebetulan saja, ketiga klub Liga 2 yang berhasil promosi ke Liga 1 adalah klub para sultan alias milik selebriti tajir.Â
RANS FC milik Raffi Ahmad, Persis milik putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, dan di Dewa United ada nama Tommy Hermawan Lo dan Rendra Soedjono.
Tak satupun dari 3 klub yang promosi ke Liga 1 di atas yang bermarkas di Sumatera. Perlu diketahui, sekarang satu-satunya wakil Sumatera di Liga 1 adalah Persiraja.
Artinya, jika akhirnya Persiraja terdepak dari Liga 1, maka pada kompetisi periode 2022-2023, tak satupun wakil Sumatera, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Semen Padang FC dan Sriwijaya FC adalah 2 klub asal Sumatera yang sudah malang melintang di Liga 1 atau dengan nama lain tapi maksudnya adalah liga kasta tertinggi nasional.
Tapi, sekarang kedua klub tersebut harus puas menjadi klub Liga 2. Demikian pula PSMS Medan dan Badak Lampung FC yang pernah "numpang lewat" di Liga 1 sebelumnya.
PSMS di era perserikatan bukan klub sembarangan, karena beberapa kali menjadi juara Indonesia, yakni pada tahun 1967, 1969, 1971, 1975, 1983 dan 1985.
Memang, dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, klub-klub dari Sumatera punya peranan yang tak bisa diabaikan, terutama di era perserikatan dan di awal kelahira klub-klub profesional.
Waktu kompetisi era perserikatan yang berlangsung hingga dekade 80-an, 3 klub asal Sumatera yang sering ikut berlaga di putaran final yang diikuti klub 12 besar nasional adalah PSMS Medan, Persiraja Banda Aceh, dan PSP Padang.
Mulai tahun 1994 klub perserikatan yang memenuhi syarat bertransformasi menjadi klub profesional. Klub-klub tersebut bersama dengan klub-klub semi profesional yang sebelumnya berkomeptisi di Galatama, bergabung dalam Liga Indonesia.
Adapun Galatama dimulai sejak 1979 sebagai embrio sepak bola profesional. Dari 14 klub yang berlaga pada 1979, sebagian besar adalah klub dari Pulau Jawa. Hanya ada dua klub luar Jawa, yakni Pardedetex (Medan) dan Jaka Utama (Tanjung Karang, Lampung).
Nah, kembali ke kondisi saat ini, seandainya memang tidak ada klub dari Sumatera di Liga 1, bukan berarti ada kevakuman bagi pemain-pemain asal Sumatera.Â
Soalnya, pada era profesional sekarang, pemain sah-sah saja memperkuat klub manapun yang tertarik merekrutnya, bahkan bisa bermain di luar negeri.
Bukankah sekarang ini putra asal Medan, Egy Maulana Vikri, bermain di Eropa? Tepatnya, Egy direkrut klub FK Senica, Slovakia. Egy juga masuk skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 lalu, di mana Timnas berhasil menjadi finalis.
Tapi, harus diakui, kontribusi pemain asal Sumatera di timnas sudah semakin menurun. Untuk saat ini, hanya Egy satu-satunya pemain asal Sumatera.
Jangan tanya kalau di masa lalu, terlalu banyak mantan pemain timnas asal Sumatera, dari semua generasi.
Ada nama-nama Oyong Liza, Nobon, Suhatman Imam, Zulkarnaen Lubis, Marzuki Nyak Mad, Ansyari Lubis, Yeyen Tumena, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, dan sebagainya.
Jelaslah, jika dilihat dari kejayaan di masa lalu, sepak bola Sumatera saat ini terlihat melempem. Apalagi, jika akhirnya Persiraja tetap terpuruk di Liga 1.
Bila Persiraja terdegradasi, berarti pada musim kompetisi sekarang hanya numpang lewat saja. Soalnya, Persiraja sebelumnya adalah klub di Liga 2 yang berhasil promosi ke Liga 1.Â
Di Liga 2 pun prestasi klub-klub Sumatera tidak bersinar. Semen Padang yang memasang target kembali ke Liga 1, malah nyaris tergelincir ke Liga 3.Â
Klub satu kota dengan Semen Padang, yakni PSP Padang, sudah lama berkubang di Liga 3, dan namanya tidak bergaung lagi di kancah sepak bola nasional.
Adapaun klub kebanggaan masyarakat Sumsel, Sriwijaya FC, yang sebetulnya potensial kembali ke Liga 1, harus terhenti di babak 8 besar Liga 2.
Harus ada langkah terobosan, agar sepak bola Sumatera tidak semakin tertinggal. Suamtera Utara sebagai salah satu sentra sepak bola nasional, harus bangkit dengan belajar dari klub-klub Pulau Jawa.
Jawa Timur menjadi provinsi tersukses bila berbicara peta persepakbolaan Indonesia. Betapa tidak, dari 18 klub Liga 1, 5 di antaranya asal Jawa Timur, yakni Arema FC, Persebaya Surabaya, Madura United, Persik Kediri, dan Persela Lamongan.
Permasalahan yang dihadapi Sumatera sebetulnya juga dihadapi oleh pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kalimantan dulu punya Mitra Kukar, Kalteng Putra, Persiba Balikpapan, dan Pupuk Kaltim Bontang yang berkompetisi di kasta tertinggi. Sekarang hanya menyisakan Borneo FC dan Barito Putera. Itupun Barito terancam terdegradasi.
Sulawesi hanya punya PSM Makassar sebagai satu-satunya wakil di Liga 1. Kejayaan masa lalu bagi klub-klub Sulawesi Utara (Persma Manado, Persibom Bolaang Mongondow, dan Persmin Minahasa) sudah berakhir.
Demikian pula Papua, dulu tidak hanya Persipura Jayapura yang bersinar, tapi juga Persiwa Wamena, Persiram Raja Ampat, Perseru Serui, dan Persidafon Dafonsoro. Sekarang tinggal Persipura saja.
Namun, Papua punya kelebihan karena melimpahnya pemain berbakat yang direkrut banyak klub Liga 1 lainnya. Satu di antaranya, adalah Ricky Kambuaya, pemain Persebaya kelahiran Sorong, Papua, yang sekarang jadi buah bibir pencinta sepak bola nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H