Tapi, harus diakui, kontribusi pemain asal Sumatera di timnas sudah semakin menurun. Untuk saat ini, hanya Egy satu-satunya pemain asal Sumatera.
Jangan tanya kalau di masa lalu, terlalu banyak mantan pemain timnas asal Sumatera, dari semua generasi.
Ada nama-nama Oyong Liza, Nobon, Suhatman Imam, Zulkarnaen Lubis, Marzuki Nyak Mad, Ansyari Lubis, Yeyen Tumena, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, dan sebagainya.
Jelaslah, jika dilihat dari kejayaan di masa lalu, sepak bola Sumatera saat ini terlihat melempem. Apalagi, jika akhirnya Persiraja tetap terpuruk di Liga 1.
Bila Persiraja terdegradasi, berarti pada musim kompetisi sekarang hanya numpang lewat saja. Soalnya, Persiraja sebelumnya adalah klub di Liga 2 yang berhasil promosi ke Liga 1.Â
Di Liga 2 pun prestasi klub-klub Sumatera tidak bersinar. Semen Padang yang memasang target kembali ke Liga 1, malah nyaris tergelincir ke Liga 3.Â
Klub satu kota dengan Semen Padang, yakni PSP Padang, sudah lama berkubang di Liga 3, dan namanya tidak bergaung lagi di kancah sepak bola nasional.
Adapaun klub kebanggaan masyarakat Sumsel, Sriwijaya FC, yang sebetulnya potensial kembali ke Liga 1, harus terhenti di babak 8 besar Liga 2.
Harus ada langkah terobosan, agar sepak bola Sumatera tidak semakin tertinggal. Suamtera Utara sebagai salah satu sentra sepak bola nasional, harus bangkit dengan belajar dari klub-klub Pulau Jawa.
Jawa Timur menjadi provinsi tersukses bila berbicara peta persepakbolaan Indonesia. Betapa tidak, dari 18 klub Liga 1, 5 di antaranya asal Jawa Timur, yakni Arema FC, Persebaya Surabaya, Madura United, Persik Kediri, dan Persela Lamongan.
Permasalahan yang dihadapi Sumatera sebetulnya juga dihadapi oleh pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.