Kalau kita membaca apa yang terjadi di luar negeri, varian omicron yang berasal dari Afrika Selatan itu, telah menjadi momok yang menakutkan di banyak negara, karena penyebarannya yang sangat cepat.
Di negara kita sendiri, varian omicron sebagian besar berasal dari mereka yang datang dari luar negeri, baik pekerja imigran asal Indonesia yang pulang, WNI yang kembali dari berwisata di luar negeri, atau WNA yang datang ke Indonesia.
Baru-baru ini ramai diberitakan, artis Ashanty yang juga istri dari musisi Anang Hermansyah, bersama rombongannya baru pulang berlibur dari Turki.
Dari hasil pemeriksaan SGTF (S-gene Target Failure), Ashanty terindikasi terpapar varian omicron atau varian SARS-Cov-2 B.1.1.529 (cnnindonesia.com, 7/1/2022).
Kembali ke soal vaksin booster, masyarakat biasa (yang bukan penerima bantuan iuran dan bukan lansia), akan dikenakan tarif tertentu alias tidak gratis. Berapa besar tarif vaksin booster, masih menunggu pengumuman resmi dari pemerintah.
Selain itu, mengacu pada berita Kompas.id (31/12/2021), untuk penerima vaksin sinovac membutuhkan dua kali vaksin penguat untuk menghadapi omicron.Â
Kompas.id menulis berdasarkan hasil penelitian di Republik Dominika yang dilakukan oleh Akiko Iwasaki, profesor dari Yale University School of Medicine, beserta timnya.
Apakah pemerintah Indonesia akan mengikuti hasil penelitian di atas, sejauh ini belum diperoleh informasi.
Jika nantinya penerima vaksin sinovac harus mendapat vaksin booster dua kali, artinya akan merogoh kocek lebih banyak ketimbang penerima vaksin merek lain yang cukup satu kali booster.
Padahal, sebagian besar masyarakat di negara kita (termasuk saya dan istri saat divaksin yang pertama dan kedua pada Maret dan April 2021), mendapat vaksin sinovac.Â
Bagi orang awam seperti saya menimbulkan pertanyaan apakah vaksin sinovac tidak setangguh atau durasi daya tahannya tidak selama vaksin Covid-19 merek lain?