Untuk menjajal tol Bakuheni-Palembang, ongkosnya menghabiskan Rp 339.000, di mana Rp 289.000 dibayar di Kayuagung (KM 330) dan Rp 50.000 dibayar di Palembang.
Setelah menemukan kondisi jalan yang relatif baik, kami kembali menemukan kondisi jalan yang banyak lubang dari KM 180 hingga KM 200.Â
Sambil menikmati goyangan mobil, saya masih sempat melihat rest area yang cantik di KM 215 dengan bangunan khas Lampung yang unik. Tapi, setelah melewati banyak sekali rest area,  yang fasilitasnya paling lengkap dan ramai terdapat di KM 234.Â
Kemudian saya juga melewati jembatan bagus dengan di KM 364, berbentuk mirip gapura seperti terlihat pada foto paling atas.
Namun, secara umum pemandangan sepanjang jalan tol relatif monoton dan cenderung membosankan. Yang lebih sering terlihat adalah semak belukar dan kadang-kadang area perkebunan kelapa sawit.
Padahal, kalau ke Palembang lewat jalan biasa, banyak sekali melihat rumah panggung khas Palembang. Apalagi kalau ke Padang lewat jalur tengah, terlihat gunung dan sungai yang lebih memanjakan mata.
Sekitar jam 13.30 kami sudah masuk kota Palembang. Kami melewati Jembatan Ampera dan terlihat jam yang tidak akurat. Kami lewat di sana pukul 15.26, tapi jam besar di jembatan ikonik dan bersejarah itu pukul 10.30.
Dari Palembang kami menuju Jambi, namun terjebak macet parah karena iring-iringan truk yang demikian banyak dan kondisi jalan (sudah bukan tol lagi) juga banyak lubang.
Jam 21.30 malam, pas melewati desa Sukamaju, Kabupaten Musi Banyuasin, kami berhenti dan menginap di sebuah hotel melati yang lumayan bersih.