Ekspektasi yang tinggi akan menikmati mulusnya jalan tol, dikhawatirkan akan mengurangi kewaspadaan. Soalnya, di beberapa lokasi, mobil akan bergoyang melewati jalan yang berlubang.Â
Baik, saya akan tulis soal lubang ini pada bagian lain. Saya akan kisahkan dulu awal keberangkatan saya. Kami begerak meninggalkan kawasan Tebet, Jakarta, pukul 05.20 sehabis salat subuh.Â
Perjalanan sangat lancar sampai ke Merak, Banten. Sebelum masuk area pelabuhan, kami ikut pemeriksaan antigen dulu di sebuah pos dengan biaya Rp 79.000 per orang.
Hasil pemeriksaan dapat diproses secara cepat, sehingga pengendara bisa menunggu sambil istirahat atau bermain gadget.
Para penumpang bus yang akan menyeberang Selat Sunda pun juga ramai-ramai uji antigen. Ini terlihat ketika sebuah bus berhenti setelah kami selesai diperiksa.
Tentu, bila jumlah penumpang sekitar 30 orang dan sebagian besar diperiksa (kecuali yang sudah punya hasil pemeriksaan yang masih berlaku), membuat bus akan berhenti lama.
Alhamdulillah, kami bertiga semuanya negatif dalam arti tidak terpapar Covid-19 dan layak untuk meneruskan perjalanan.
Seharusnya kami membeli tiket kapal secara online, tapi saudara saya yang menyetir mobil memilih dipandu oleh seorang petugas dan menunggu saja di mobil.
Petugas itu barangkalali yang mengentri di gawainya. Yang jelas saudara saya memberi uang Rp 450.000, saya tidak tahu apakah itu tarif resmi atau sudah dilebihkan sedikit untuk si petugas.
Berikutnya, sekitar pukul 7.10 pagi kami sudah naik kapal, tapi masih menunggu cukup lama karena baru sekitar pukul 7.45 kapal betul-betul mulai berlayar.