Kalau saya tidak salah ingat, keuntungan yang diperoleh Kopma sangat kecil, bahkan agar bisa menyediakan konsumsi yang layak bagi peserta RAT, terpaksa minta dana dari pihak akademik kampus.
Namun, banyak keuntungan yang dapat dipetik seorang mahasiswa yang aktif di Kopma. Insting bisnisnya akan terasah sehingga bisa disebut sebagai ajang latihan berwirausaha.
Selain itu, Kopma membuat mahasiswa terlatih dalam menyusun rencana, mengeksekusi program yang disusun, mengevaluasi, dan berbagai fungsi manajemen lainnya.
Pelajaran di bangku kuliah seperti pada Teori Pengambilan Keputusan dapat diterapkan mereka yang aktif di Kopma.
Sekalipun seseorang tidak kuliah di fakultas ekonomi, tidak ada masalah bila berkecimpung di perkoperasian. Apalagi, pengurus Kopma relatif sering mendapat pelatihan dari Dinas Koperasi setempat atau saling belajar dengan Kopma di perguruan tinggi lain.Â
Kopma yang telah terbukti sukses bisa menjadi benchmark bagi Kopma lainnya tentang bagaimana mengelola usaha yang baik.
Sayangnya, seingat saya, teman-teman saya yang dulu sama-sama aktif di Kopma, tidak satu pun yang akhirnya terjun menjadi pelaku bisnis.
Kebanyakan mereka memilih menjadi pegawai negeri, pegawai perusahaan milik negara, dan pegawai perusahaan swasta.Â
Saya sendiri berlabuh di kantor pusat sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan di ibu kota. Tapi, saya optimis melihat para lulusan perguruan tinggi sekarang yang semakin banyak berminat untuk berwirausaha.
Bahkan, saya tahu beberapa orang yang sudah jadi staf di perusahaan milik negara, memilih resign untuk membuka usaha sendiri.