"Kinerja tuan rumah Provinsi Papua, luar biasa," kata Presiden Joko Widodo. Beliau meluapkan rasa bangganya atas suksesnya penyelenggaraan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua.
Presiden sekaligus mengucapkan selamat bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua, juga bagi masyarakat Papua secara umum.
Hal itu disampaikan beliau dalam kata sambutannya dan sekaligus menutup secra resmi Peparnas XVI, Sabtu (13/11/2021) malam.
Papua tidak saja sukses sebagai tuan rumah, namun juga sukses mencetak prestasi karena keluar sebagai juara umum Peparnas.
Perolehan medali provinsi paling timur di tanah air itu tercatat sebanyak 114 emas, 72 perak, dan 75 perunggu.
Prestasi Papua tersebut terpaut jauh dengan provinsi peringkat kedua, yakni Jawa Barat, dengan 82 emas, 73 perak dan 63 perunggu.
Padahal, di ajang PON Papua, Jawa Barat tidak tertandingi karena tampil sebagai juara umum.
Seperti diketahui, sekitar sebulan sebelumnya, Papua juga sukses sebagai tuan rumah PON yang membuat decak kagum warga luar Papua, yang sebelumnya mungkin kurang yakin Papua mampu menjadi tuan rumah yang baik.
Maka tak berlebihan bila Presiden Joko Widodo menilai bahwa Papua telah berhasil menunjukkan tidak saja "torang bisa", tapi "torang hebat".
Torang sering diucapkan oleh warga Papua yang artinya "kita orang", atau bisa juga diterjemahkan "kita" saja.
Slogan PON Papua "torang bisa" awalnya sebagai penyemangat untuk menunjukkan masyarakat Papua sudah punya kemampuan setara dengan provinsi lain yang selama ini dianggap lebih maju.
Ternyata, tidak sekadar bisa, justru masyarakat Papua itu hebat. Ini sekaligus sebagai "koreksi" bagi sebagian masyarakat Indonesia yang selama ini masih menilai Papua sebagai daerah tertinggal.
Dari siaran berita salah satu stasiun televisi, Minggu (14/11/2021), terlihat Presiden Jokowi sempat blusukan siang sebelum penutupan Peparnas.
Beliau terlihat memborong noken yang disambut hangat mama-mama pengrajin yang menjajakan nokennya. Anggota rombongan pun juga ikut membeli.
Tak pelak lagi, Presiden Jokowi bisa ditafsirkan sangat mencintai Papua. Selain itu, beliau juga telah memperlakukan atlet difabel secara setara dengan atlet lain.
Hal itu diperlihatkan kepada atlet difabel Indonesia yang meraih medali di ajang Paralympic Tokyo 2021, di mana Presiden Jokowi memberikan bonus yang sama besarnya dengan peraih medali Olimpiade Tokyo.
Kemudian, di ajang Peparnas XVI Papua, tak bisa membuka pada 2 November lalu, Presiden menyempatkan diri menutupnya, 13 November 2021 kemarin.
Padahal, kelaziman selama ini, pejabat yang menutup lebih rendah dari pejabat yang membuka, seperti pada PON Papua 2-15 Oktober 2021 lalu, Presiden yang membuka dan Wapres yang menutup.
Sekarang malah terbalik, Wapres yang membuka dan Presiden yang menutup. Tadinya, dugaan publik, karena Wapres yang membuka, akan ditutup oleh Menteri Koordinator yang membidangi olahraga atau oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.
Masalahnya, justru masyarakat umum yang terkesan belum memperlakukan atlet difabel secara setara.
Paling tidak, kesan itu muncul kalau melihat liputan pers yang relatif minim dan kehadiran penonton secara langsung yang relatif sedikit di ajang Peparnas.
Tapi, dengan perhatian yang besar dari pemerintah, terlihat betapa senangnya hati para atlet difabel yang tampil di Papua.
Saat Presiden melangkahkan kaki meninggalkan stadion, beliau dengan gembira menyalami para atlet dengan gaya mengadu kepalan tangan karena terkait protokol kesehatan.
Beliau juga dengan ramah melayani permintaan berfoto bersama dari para atlet.Â
Selamat untuk pemerintah dan masyarakat Papua yag berhasil membuktikan "torang hebat".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H