Barangkali karena menilai beberapa orang menteri berminat untuk mencalonkan diri jadi presiden (nyapres), Presiden Jokowi akhirnya memberi lampu hijau bila menteri tersebut "jual diri".
Tentu saja, berminat nyapres belum jaminan akan jadi capres betulan. Ada partai politik (parpol) dengan jumlah kursi yang mencukupi di DPR, atau gabungan beberapa parpol, yang tertarik untuk mengusung sang menteri, barulah akan sah jadi capres.
Tapi, apapun itu, Presiden Jokowi sudah membebaskan para menteri untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya menjelang tahun politik, meskipun pilpres itu sendiri akan diselenggarakan pada 2024 mendatang.
Sebetulnya, sebelum ada pernyataan Presiden pun, beberapa orang menteri sudah ketahuan menjadi media darling, sehingga setiap kegiatannya diliput oleh jurnalis.
Prabowo Subianto yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, diluar dugaan termasuk irit berbicara kepada jurnalis, padahal namanya selalu masuk papan atas pada berbagai survei elektabilitas capres.
Dengan posisinya sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo diperkirakan masih bernafsu untuk menjadi capres lagi, setelah dua kali berturut-turut dikalahkan Joko Widodo pada pilpres sebelumnya.
Berbeda dengan Prabowo, kader Gerindra yang relatif belum lama menjadi menteri justru lebih dekat dengan pers. Kader dimaksud adalah Sandiaga Uno yang dipercaya Presiden Jokowi menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandi diuntungkan, karena membidangi pariwisata, sehingga punya kesempatan mengunjungi  berbagai daerah, khususnya yang jadi objek wisata. Lagi pula, Sandi memang pintar berkomunikasi, ramah dan simpatik. Meskipun demikian, hasil survei masih belum menempatkan Sandi di papan atas.
Tri Rismaharini, Menteri Sosial yang juga kader PDIP, sering pula kegiatannya diliput pers. Sayangnya, yang sering diberitakan adalah justru ketika Risma marah-marah.
Akibatnya, berita tentang Risma di media massa bisa jadi malah menurunkan elektabilitasnya. Ada baiknya, Risma sedikit demi sedikit mencoba untuk meredam emosinya.