Dengan mempertahankan WFH, logikanya akan terjadi penghematan yang signifikan, baik bagi karyawan, maupun bagi perusahaan.
Bagi karyawan paling tidak, tak lagi mengeluarkan uang transport dan makan siang cukup dengan mengolah bahan yang ada di rumah.
Hemat waktu, juga menjadi keuntungan tersendiri, karena waktu yang dialokasikan buat perjalanan dari dan ke kantor bisa digunakan buat kegiatan lain.
Syukur-syukur kegiatan lainnya itu semacam pekerjaan sampingan yang dilakukan secara online dan bisa menghasilkan uang.Â
Bagi perusahaan pun juga terdapat penghematan, seperti pada penggunaan listrik, air, kertas, dan sebagainya.
Tapi begitulah, selagi masih berstatus sebagai anak buah, harus patuh pada ketentuan yang berlaku di tempat bekerja.
Hanya saja, seperti telah disinggung di atas, bagi warga Jakarta dan sekitarnya, termasuk beberapa kota besar lain di tanah air, dengan sepenuhnya WFO harus siap-siap untuk "tua di jalan".
"Tua di jalan" tak terelakkan, karena sekitar 2 jam di pagi hari dan 2 jam di sore atau malam hari merupakan waktu yang terbuang bagi warga Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang yang bekerja di Jakarta.
Nah, kalau 4 jam sehari, itu sama dengan berapa hari bila dihitung dalam sebulan, atau berapa bulan bila dihitung dalam setahun.
Namun, sebetulnya segala sesuatu tergantung bagaimana kita memandangnya. Makanya, jika terjebak kemacetan, nikmati saja, jangan jadikan sebagai beban.
Jika tidak dalam posisi mengemudi kendaraan, bukankah waktu yang terbuang itu bisa diisi dengan membaca, berselancar di dunia maya, atau membayar utang tidur?