Selain itu, sebagian aktivis lingkungan hidup juga menyampaikan keberatannya, karena proyek tersebut dinilai akan merusak alam dan rakyat yang menerima akibatnya (siaran pers dari walhi.or.id).
Jadi, mengacu pada paparan di atas, paling tidak ada 2 hal utama yang membuat pembangunan di bidang pertanian jadi kurang kondusif.
Kedua hal dimaksud yakni penyempitan lahan yang berlangsung terus menerus dan semakin sulitnya melakukan regenerasi petani.
Merespon hal tersebut, khususnya terkait regenerasi petani, pemerintah di berbagai daerah menggalakkan program petani milenial atau petani keren.
Sebagai contoh, Pemprov Jawa Barat menargetkan akan ada 5.000 petani milenial pada 2023 mendatang (Kompas.com, 4/11/2021).
Untuk menarik minat para pemuda usia 19-39 tahun yang menjadi sasaran, Pemprov Jawa Barat memakai semboyan: "Tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia".
Mereka yang berminat akan diseleksi terlebih dahulu. Kemudian, yang lolos seleksi akan mendapat sejumlah fasilitas, antara lain akan dicarikan off-taker oleh Pemprov.
Off-taker adalah perusahaan yang menjamin menyerap hasil pertanian atau menjadi penghubung antara para petani dengan pasar yang lebih besar.
Selama ini, petani sering dirugikan karena hanya terbatas menjual hasil panennya ke pihak pengepul yang turun ke desa-desa.
Makanya tidak heran, harga yang dibayarkan konsumen akhir di kota-kota ke pedagang sangat timpang dengan harga yang diterima petani dari pengepul.
Selain soal off-taker, petani milenial juga akan mendapat fasilitas permodalan dari perbankan dan transfer teknologi dan inovasi dari pempov.