Rhoma Irama, siapa yang tak kenal? Si Raja Dangdut itulah julukannya. Tapi, keterkenalan Rhoma tidak terbatas pada penggemar dangdut saja dan juga tidak terbatas di Indonesia saja.
Ada beberapa hal yang membuat musik Rhoma menjadi spesial. Musik dangdut versi Rhoma, banyak yang disusupi unsur musik rock.
Bahkan, banyak pengamat musik yang mengatakan Rhoma sudah melakukan "revolusi" dalam bermusik, mengingat jenis musik seperti itu belum ada sebelumnya.
Musik Rhoma berbeda dengan lagu-lagu Melayu yang meliuk-liuk. Selain unsur rock, warna musik India juga kentara. Itulah yang diramu menjadi dangdut.
Kemudian, syair-syair yang diciptakan Rhoma banyak yang bertemakan dakwah Islam. Makanya, Grup Soneta yang dibentuk Rhoma, disebut juga sebagai "the voice of moslem".
Semboyan yang berarti "suara Islam" tersebut dideklarasikan pada tanggal 13 Oktober 1973, yang mencerminkan tekad Rhoma untuk berhenti maksiat dan semua tingkah laku dalam bermusik dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sejak saat itu, lagu-lagu Soneta pun menjadi sarana dakwah amar ma'ruf nahi munkar (menegakkan kebenaran dan melarang yang salah).
Namun demikian, lagu -lagu Rhoma boleh juga disebut bersifat universal, sehingga disukai juga oleh penganut agama lain.
Rhoma Irama dengan grup legendarisnya Soneta telah eksis selama lebih dari 50 tahun. Pencapaian Rhoma secara statistik amat mengagumkan.
Tercatat 115 abum yang telah dihasilkan jika dihitung sejak masih memakai nama Oma Irama pada tahun 1970 hingga Oktober 2020 (voiceofdangdut.com, 13/10/2020).
Adapun jumlah lagu yang diciptakan Rhoma Irama kurang lebih seribu lagu. Tapi, Rhoma belum berhenti, karena hingga sekarang pun Rhoma masih menciptakan lagu.
Istimewanya, lagu-lagu Rhoma sudah beberapa kali menjadi objek kajian karya ilmiah, baik level sarjana maupun pascasarjana, di dalam dan di luar negeri.
Tidak hanya bernyanyi, Rhoma juga membintangi 27 film layar lebar dan sinetron, yang juga mengusung nilai-nilai dakwah.
Rhoma Irama menyadari bahwa usianya semakin beranjak tua. Bahkan, Rhoma menjadi satu-satunya personil Soneta formasi pertama kali dibentuk yang masih hidup saat ini.
Seperti ditulis solopos.com (19/10/2021), Rhoma ingin "menyulap" Studio Soneta Group di Depok, Jawa Barat, menjadi museum.
Itulah warisan Rhoma bagi semua penggemarnya yang terorganisir dalam sebuah perkumpulan yang dinamakan FORSA (Fans of Rhoma and Soneta).
Selain itu, Rhoma juga berkeinginan dimakamkan di Studio Soneta jika nanti meninggal dunia.
Lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Desember 1946, Rhoma lebih kurang satu bulan lagi akan berulang tahun ke-75.
Tak banyak penyanyi yang sampai usia sebegitu masih produktif. Wajar, bila hasil karyanya yang demikian banyak sebaiknya bisa dirawat di sebuah museum yang representatif.
Ternyata keinginan Rhoma juga sejalan dengan apa yang direncanakan oleh pengurus FORSA sejak dulu, yakni membangun sebuah museum (antaranews.com, 24/10/2014).
Hanya saja, kalau Rhoma membuat museum untuk penggemarnya, FORSA membuat museum sebagai bentuk penghargaan penggemar kepada Raja Dangdut tersebut.
Jadi, antara Rhoma dan FORSA telah tercipta rasa saling menghargai. Ya, antara musisi dan penggemar memang saling membutuhkan.
Tapi, mengingat rencana FORSA belum kesampaian, besar kemungkinan yang akan terwujud adalah ide Rhoma Irama.Â
Tentu, apa aspirasi FORSA berkaitan dengan pembangunan museum bisa disampaikan kepada Rhoma.
Semoga museum tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa dibangun, sekaligus bernilai edukatif, selain sebagai sarana hiburan bagi FORSA dan masyarakat banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H