Padahal, apartemen sekarang ini kelasnya sangat beragam, dari yang sangat sederhana hingga yang sangat mewah.
Apartemen sederhana yang dibangun pengembang swasta sekarang sudah merambah kota-kota besar lainnya, termasuk yang berbatasan dengan Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Jadi, apartemen dengan ukuran kecil dan tampilan seadanya mulai menjamur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak kuat membeli apartemen yang lebih mahal.
Sedangkan apartemen yang fasilitasnya sangat lengkap dan mewah, disebut juga dengan kondominium, juga banyak di lokasi kelas premium.
Tapi, kalau ditanya kata hati kebanyakan warga, membeli rumah tapak masih menjadi pilihan utama. Tapi, dengan harga yang sangat tinggi seiring dengan kenaikan harga tanah, membuat hanya masyarakat yang berpenghasilan besar yang mampu membelinya.
Kalaupun tetap membeli rumah tapak, hanya rumah sangat sederhana (RSS) yang lokasinya berada sekitar 30-40 km dari pusat kota Jakarta.
Seperti diketahui, harga tanah selalu cenderung naik, apalagi yang berada di perkotaan, karena penduduknya bertambah banyak, sementara itu lahan sangat terbatas.
Harapan kita, agar lahan milik pemerintah semakin banyak yang diperuntukkan untuk perumahan, baik rumah tapak maupun rusun yang bersubsidi bagi masyarakat marjinal.
Jika tidak ada rumah bersubsidi, akan semakin banyak angkatan kerja baru, yang nota bene adalah generasi milenial dan generasi setelah itu, yang tidak mampu memiliki tempat tinggal sendiri.
Menyewa rumah atau mengontrak rumah secara terus menerus sampai tua, bukan pola hidup yang diharapkan, karena unsur ketidakpastiannya tinggi.
Tampaknya, tak terelakkan lagi, di masa mendatang mayoritas warga kota metropolitan akan tinggal di hunian vertikal.