Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada "Sepak Bola Gajah" Tipis-tipis di PON Papua?

7 Oktober 2021   18:00 Diperbarui: 7 Oktober 2021   18:07 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu momen Aceh vs Kaltim di PON Papua|Antara Foto/Zabur Karuru, dimuat cnnindonesia.com

Ada banyak tujuan yang ingin diraih seseorang dengan berolahraga, baik yang bersifat individual maupun bersama-sama untuk olahraga yang dimainkan secara berkelompok.

Apalagi, untuk para atlet yang bertanding atau berlomba pada suatu event pesta olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) yang saat ini tengah berlangsung di Papua. 

Tujuan untuk meraih prestasi yang tinggi, mengharumkan nama daerah, dan juga mendapat bonus atau hadiah, tentu sah-sah saja.

Tapi, pada akhirnya kemenangan dalam olahraga akan kehilangan arti bila ditempuh dengan mencederai nilai-nilai sportivitas.

Bukankah ungkapan "menjunjung tinggi sportivitas" sering kita dengar pada setiap event olahraga?

Di antara sejumlah cabang olahraga, sepak bola termasuk yang relatif sering disusupi tindakan tidak sportif.

Mungkin karena sepak bola adalah olahraga paling populer dan otomatis juga frekuensi pertandingannya paling banyak, ada saja pihak yang ingin mengatur skor sebelum pertandingan dimulai.

Ada istilah "sepak bola gajah" bagi dua tim yang bertanding tidak secara bersungguh-sungguh, antara lain indikasinya ada tim yang diduga sengaja melakukan gol bunuh diri.

Selain itu, skor akhir suatu pertandingan bisa pula menjadi objek perjudian, sehingga melahirkan istilah "mafia bola" yang menyuap beberapa pemain kunci agar skor akhir sesuai dengan yang diskenariokan.

Makanya, PSSI sebagai otoritas yang mengurus persepakbolaan di negara kita kini tengah gencar-gencarnya melawan mafia bola dengan membentuk Satgas Antimafia Bola, bekerja sama dengan Mabes Polri.

Nah, dari arena PON Papua, media daring banyak memberitakan dugaan adanya sepak bola "gajah" ketika tim Aceh berhadapan dengan Kaltim (Senin, 4/10/2021).

Pertandingan yang berlangsung di Stadion Barnabas Youwe, Kabupaten Jayapura, itu berakhir dengan kemenangan Aceh 3-2.

Yang mungkin menimbulkan kecurigaan, gol ketiga Aceh pada menit ke 70 dicetak oleh pemain belakang Kaltim M. Rizky alias gol bunuh diri.

Bagi yang menonton siaran langsung pertandingan itu melalui layar kaca, terlihat mimik kecewa M Rizky setelah melakukan blunder tersebut. 

Tak begitu jelas apa maksud Rizky, apakah berniat mengoper bola ke kiper, atau salah menghalau bola yang awalnya merupakan umpan dari pemain Aceh ke rekannya yang lain.

Perlu diketahui, pertandingan tersebut adalah dalam babak penyisihan di Grup C yang hanya diikuti Aceh, Kaltim, dan Sulut. 

Seharusnya Bengkulu juga berlaga di grup C, tapi tim ini mengundurkan diri beberapa hari sebelum PON dimulai.

Seperti diberitakan indozone.id (6/10/2021), kemenangan Aceh membuat kubu Sulut emosi dan menuduh adanya main mata antara Aceh dan Kaltim.

Sulut wajar kecewa karena bila hasil akhirnya Aceh bermain imbang dengan Kaltim, maka yang maju ke babak 6 besar adalah Kaltim dan Sulut.

Namun, dengan kemenangan Aceh, maka Kaltim dan Aceh yang akhirnya melaju ke babak 6 besar. Sebelum itu, Sulut menang 2-1 atas Aceh, tapi Sulut kalah 0-1 dari Kaltim.

Berita terakhir, menurut PB PON tidak ada indikasi main sabun di pertandingan sepak bola Aceh vs Kaltim (cnnindonesia.com, 6/10/2021).

Artinya, pihak PB PON menilai gol bunuh diri pemain Kaltim tidak mengandung unsur kesengajaan.

Tapi, ada satu hal yang mungkin membuat pemain Kaltim "sungkan" dengan Aceh, yakni keberadaan pelatih Aceh Fakhri Husaini.

Fakhri Husaini ketika jadi pemain sepak bola, lama sekali bermain untuk klub Pupuk Kaltim yang bermarkas di Bontang, Kaltim.

Meskipun Fakhri asli dari Aceh, tapi ia juga menjadi warga Kaltim. Soalnya, selain main bola, ia berstatus karyawan Pupuk Kaltim.

Mantan kapten timnas Indonesia era 90-an tersebut juga memulai karir kepelatihannya di klub Bontang FC (2008-2013), sebelum akhirnya sukses melatih timnas U-14, U-16, dan U-19.

Semoga kesimpulan PB PON yang mengatakan tidak ada main sabun di atas, benar adanya, agar nilai-nilai sportivitas tidak dicederai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun