Ternyata orang Jakarta terkesima melihat wanita berambut panjang. Tidak hanya laki-laki yang terpana, tapi juga ibu-ibu.
Suatu hari ketika Fahrul menemani istrinya ke pasar, tanpa diketahui Lili ada seorang ibu yang menggunting rambut Lili.
Lalu, soal laki-laki yang lagi nongkrong menggoda Lili, meskipun Lili digandeng suaminya, jelas membuat Fahrul dongkol.
Tapi, mau bagaimana lagi? Kalau Fahrul melawan para remaja, ia takut dikeroyok. Alhasil, Fahrul mengajak Lili jalan cepat-cepat.
Yang bikin Fahrul bingung, kalau ada acara di kantor yang sifatnya boleh diikuti istri karyawan.Â
Karena disindir teman-temannya kenapa tak pernah bawa istri ke kantor, suatu kali Fahrul membawa Lili.
Dan seperti sudah diduga, baik karyawan maupun karyawati pada bisik-bisik mengomentari kecantikan Lili, sekaligus menyebut Fahrul sebagai laki-laki yang amat beruntung.
Masalahnya, bos Fahrul pun juga sering mencuri pandang. Setelah itu, setiap ada acara di kantor, si bos berpesan ke Fahrul agar membawa istrinya.
Demikianlah suka duka beristri cantik, ada beban mental yang harus diatasi suami.
Ketika saya mengetik naskah ini, kebetulan sambil menonton acara "Konser Patah Hati, Tribute to Didi Kempot" yang dipancarkan ulang oleh salah satu stasiun televisi.
Salah satu lagu yang dikumandangkan adalah "Pamer Bojo". Menurut saya, lagu ini ada relevansinya dengan pengalaman Fahrul.