Betapa tidak, seorang teller bisa mengetahui siapa saja nasabahnya yang punya saldo jumbo tapi jarang bertransaksi.
Di lain pihak, gaji teller tidak tergolong besar. Bahkan, tidak sedikit bank yang hanya memberikan gaji sedikit di atas upah minimum regional (UMR) setempat.
Memang, biasanya teller mendapat uang khusus untuk membeli kosmetik dan juga mendapat pembagian pakaian seragam. Tapi, ini mungkin belum cukup untuk memenuhi gaya hidup seorang teller yang dituntut tampil cantik.
Hal lain yang jadi masalah adalah menyangkut status kepegawaian, sebagian teller masih tergolong pegawai kontrak (outsourcing).
Begitulah kondisi yang biasanya dihadapi seorang teller bank. Wajahnya menebar senyum, tapi mungkin hatinya gundah karena membutuhkan uang.
Bahwa akhirnya ada segelintir teller yang tergoda untuk menyolong tabungan nasabah tertentu dan beritanya muncul di media massa, bukan lagi hal yang mengagetkan.
Tapi, tentu saja, perbuatan kriminal itu tidak cukup sekadar dimaklumi. Manajemen bank perlu melakukan pembenahan sehingga tellernya tidak ada lagi yang merugikan nasabah.
Sedangkan nasabah juga perlu waspada, misalnya dengan secara rutin mengecek saldo rekeningnya.
Sekiranya ada pengurangan saldo yang signifikan yang meragukan karena nasabah merasa tidak mengambil uang dan juga tidak mentransfer, segera datangi kantor bank untuk minta penjelasan.
Nasabah sebaiknya memanfaatkan fasilitas pengiriman notifikasi yang dikirim bank ke gawai nasabah, dalam hal terdapat transaksi di rekeningnya.
Sekadar pengetahuan bagi pembaca, kasus teller nakal sudah lumayan sering terjadi.