Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Puspitek Serpong: Tempat Peneliti Berkreasi dan Ada Telaga Tersembunyi

16 September 2021   10:45 Diperbarui: 16 September 2021   10:49 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telaga di Puspitek Serpong|dok. id.near-place.com/Lukas Chriswahyudi

Saya menerima sebuah undangan resepsi pernikahan dari seorang teman yang menikahkan anaknya. 

Acara digelar di Gedung Pertemuan Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Minggu 12 September 2021.

Di Jabodetabek, ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah turun dari level 4 ke level 3. Makanya, saya memberanikan diri untuk datang, dengan harapan panitia menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Pada Minggu pagi tersebut sekitar pukul 10.00, saya meluncur dari rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, ke lokasi acara. Sesuai jadwal, acara diadakan dari pukul 11.00 hingga 13.00.

Tentang acara resepsinya itu sendiri, tak banyak yang ingin saya ceritakan. Saya bersyukur tamunya tidak terlalu banyak serta dengan gedung yang relatif luas, kerumunan tidak terjadi.

Mengacu pada ketentuan protokol kesehatan, acara bersalaman dilakukan dengan mengatupkan kedua tangan dan tanpa bersentuhan langsung antara dua orang yang bersalaman.

Gedung tempat acara resepsi pernikahan yang saya hadiri|dok. pribadi
Gedung tempat acara resepsi pernikahan yang saya hadiri|dok. pribadi

Makanan hanya dibagikan dalam kotak untuk dibawa pulang. Namun demikian, karena halaman gedung juga luas dan ada tamannya, ada beberapa tamu yang membuka kotak makanan dan bersantap siang di sana.

Yang ingin saya ulas di sini, karena saya baru pertama kali masuk komplek Puspitek (kalau sekadar lewat sudah beberapa kali), saya cukup terkesan dengan apa yang saya lihat.

Masjid Bahrul Ulum Puspitek, Serpong|dok. foursquare.com
Masjid Bahrul Ulum Puspitek, Serpong|dok. foursquare.com

Saya langsung kepincut dengan adanya danau di sana, atau kalau terlalu kecil untuk disebut danau, sebut saja telaga.

Jika orang hanya lewat di jalan raya di depan komplek Puspitek, tidak akan melihat telaga tersebut, sehingga saya menganggapnya sebagai telaga tersembunyi.

Apalagi di bagian pinggir telaga, ada semacam jogging track yang nyaman buat berolahraga.

Dengan banyaknya pohon yang rindang, selain berolahraga, rasanya area di sekitar telaga ini bagus pula sebagai tempat rekreasi.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Setelah acara resepsi, saya melaksanakan salat Zuhur di masjid cantik berkonsep terbuka dengan halaman yang luas, tak jauh dari gedung tempat resepsi.

Nama masjid yang ada di dalam komplek Puspitek itu Masjid Bahrul Ulum.

Ketika saya masuk halaman masjid, terlihat banyak remaja yang lagi berlatih pencak silat.

Puspitek itu sendiri kepanjangannya adalah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi.

Jadi, wajar saja bila kompleknya terlihat asri, nyaman, dengan berbagai fasilitas, agar para peneliti betah berkreasi.

Sebagai kawasan riset terbesar di Indonesia, jangan membayangkan komplek tersebut hanya berisikan hal-hal yang serius dan formal.

Bahkan, sebetulnya dari referensi yang saya baca, di kawasan Puspitek ada pula bunga sakura yang indah.

Hanya saja saya kurang beruntung, mungkin karena bunganya belum mekar, saya tidak melihat bunga yang berasal dari Jepang tersebut.

Dugaan saya, masyarakat umum belum terinformasi kalau di Puspitek ada telaga, taman, dan jogging track.

Soalnya, kecuali tamu resepsi pernikahan, saya tak melihat banyak orang di sana, padahal itu di hari Minggu. 

Memang, waktu di masjid ada belasan remaja yang berlatih bela diri. Namun, mereka mungkin masih anak-anak pegawai Puspitek.

Usul saya, sebaiknya di komplek Puspitek ada batasan tegas antara kawasan yang terlarang dimasuki publik, dan yang tidak terlarang.

Lalu, untuk kawasan yang tidak terlarang, perlu diperkenalkan ke publik agar lebih bermanfaat. Tentu, di masa pandemi ini pengunjung harus mematuhi protokol kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun