Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Halalbihalal dan Reuni, Lanjutan dari Acara Lebaran

8 Mei 2022   17:45 Diperbarui: 8 Mei 2022   17:49 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi reuni|dok. intisari.grid.id/Ade Sulaeman

Perkembangan penanganan pandemi di negara kita mulai memperlihatkan hal yang menggembirakan. Grafik penambahan kasus harian semakin menurun.

Kondisi yang kondusif tersebut membuat pemerintah melonggarkan ketentuan pembatasan sosial, sehingga pada lebaran tahun ini begitu semarak dengan banyaknya para pemudik.

Momen lebaran memang sangat asyik untuk kembali menapaktilasi kenangan masa lalu di kampung halaman. Bertemu teman-teman masa kecil yang di hari biasa sungguh sulit terjadi, pada saat lebaran lebih gampang dilakukan.

Makanya, meskipun lebaran sudah berlangsung beberapa hari, acara lanjutannya masih menanti. Contohnya, acara halalbihalal dari komunitas tertentu.

Namun, ada acara lain yang juga cukup menarik, yakni reuni antar teman-teman yang berasal dari satu sekolah yang sama di masa remajanya.

Seperti percakapan di sebuah grup WA yang beranggotakan teman sekolah saya dulu, sudah ramai dengan komentar soal reuni yang rencananya bakal dilaksanakan seminggu lagi.

Memang, karena kecanggihan teknologi melalui aplikasi media sosial, teman sekolah yang sudah hampir 40 tahun tidak saling terhubung, sekarang bisa kembali bersilaturahmi.

Seingat saya, waktu reuni tahun 2019, saya untuk pertama kalinya ikut reuni dan bertemu teman-teman yang sudah hampir 40 tahun tidak bertemu.

Tentu saja saya sangat excited untuk bertemu konco lamo (teman lama dalam bahasa Minang). Terhadap teman-teman yang hadir saat reuni tersebut, saya dapat membaginya atas 4 kelompok berikut ini:

Pertama, teman-teman yang tidak saya ingat lagi siapa namanya dan dulu di kelas yang mana. Mereka pun juga tidak ingat saya. Akibatnya, komunikasi dengan mereka agak tersendat dan hanya sekadar basa-basi.

Kedua, ada juga teman-teman yang saya ingat persis namanya serta wajahnya di waktu lalu, tapi meraka sudah tidak ingat saya. Saya sudah beruasaha memberikan beberapa kata kunci, ternyata mereka tetap tidak ingat saya.

Kalau sudah begitu, saya menyerah, dan acara ngobrol jadi cenderung basa-basi. Ya, 40 tahun tentu saja mengubah semua wajah teman-teman. Apalagi, yang perempuan sudah susah dikenali karena pakai hijab, padahal saat sekolah tak ada yang berhijab.

Ketiga, ada pula yang saya tidak ingat, tapi mereka ingat persis siapa saya. Saya akan mencoba memutar memori saya lagi agar ingat mereka sambil tetap ngobrol bergaya sok akrab.

Keempat, nah inilah teman yang ideal, tentu saja karena sama-sama ingat. Saya ingat mereka dan mereka ingat saya. Ngobrol pun jadi nyambung, sehingga perangai di masa lalu kembali diceritakan lagi.

Rata-rata kelompok keempat tersebut memang ketika sekolah dulu pun merupakan teman-teman satu geng. Kemudian, meskipun setelah itu berpisah, ada juga yang masih bertemu kembali, meskipun sangat jarang.

Jadi, perubahan wajah mereka tetap bisa diikuti dan tidak mengagetkan saat bertemu di forum reuni. Anggaplah sekali lima tahun bisa bertemu, maka proses seorang teman dari kurus krempeng hingga buncit menggunung bisa diikuti.

Selain karena anggota geng yang sama, biasanya teman yang saat sekolah dulu punya sesuatu yang menonjol, juga akan membuat gampang diingat.

Yang menonjol tersebut bisa karena kepintarannya, sehingga menjadi langganan juara kelas. Tapi, yang bandel pun dan sering berantem juga gampang diingat.

Kemudian, tentu saja cewek yang cakep atau cowok yang ganteng, pasti ngetop. Demikian juga anak yang kaya dan sering mentraktir teman-teman.

Ada lagi teman sekolah yang gampang diingat, seperti yang sering membuat lucu, yang jago olahraga, dan yang jago kesenian.

Masalahnya, yang diingat adalah wajah mereka versi puluhan tahun lalu. Kalau sekarang wajah tersebut telah berubah secara signifikan, bisa membuat yang lain pangling.

Nah, saya ingin bercerita tentang teman saya bernama Ardi. Ia sangat aktif dalam kepengurusan alumni dan sering berkomentar di grup WA.

Tapi, di antara teman-teman banyak yang lupa, siapakah Ardi tersebut? Meskipun ada foto profilnya, tetap tak bisa diingat. Dan memang, Ardi bukan yang masuk ter...ter di atas (terpintar, terbandel, tercakep, dan sebagainya).

Nah, sewaktu reuni 2019 terungkaplah bahwa Ardi jadi aktif setelah istrinya jadi Kepala Dinas Pariwisata dan karenanya "menggiring" acara reuni di sebuah destinasi di kabupaten yang menjadi "kekuasaan" istrinya.

Untuk reuni tahun ini pun Ardi berperan penting. Teman-teman panitia jadi terbantu dengan posisi istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun