Di sinilah relevansi kemampuan melakukan nego gaji akan sangat diperlukan karena ikut menjadi faktor penentu diterima atau tidaknya.Â
Misal, jika Anda berkecimpung di bank dengan jam terbang relatif tinggi, dan menurut Anda sudah jadi orang kunci di tempat lama, saatnya Anda pasang harga.
Masalahnya, Anda mau pasang harga berapa? Tidak bisa ujuk-ujuk menyebut suatu angka dari langit, harus based on kompetensi yang Anda miliki.
Nah, berbicara tentang kompetensi, bukan tentang apa yang akan Anda lakukan, bukan apa yang Anda janjikan, tapi apa yang sudah terbukti Anda lakukan dengan hasil yang gemilang di tempat yang lama.
Artinya, kisah sukses Anda di bank yang lama harus mampu Anda kemas dengan baik. Tidak dilebih-lebihkan, tidak pula dikurang-kurangkan.
Umpamanya, sekarang ini bank di negara kita pada umumnya lagi kelebihan likuiditas. Maksudnya, dana yang dihimpun bank dari para penabung lebih besar dari kemampuan bank menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit.
Jika Anda di tempat lama adalah jagoan di bidang kredit, katakanlah setahun yang lalu Anda berhasil "deal" menggaet beberapa debitur baru dengan nilai kredit puluhan miliar rupiah, saatnya anda unjuk gigi.
Tapi, Anda harus yakin, masuknya sejumlah debitur tesebut ke bank Anda yang lama, betul-betul berkat bujuk rayu Anda, bukan semata-mata karena nama bank tempat Anda bekerja.
Jadi, Anda tahu bahwa Anda adalah orang kunci. Nanti, kalau Anda pindah ke bank baru, tak kan sulit men-take over kredit terhadap nasabah Anda di tempat lama.
Take over itu maksudnya, berkat jaringan Anda, bank Anda yang baru akan melunasi kredit si debitur di bank lama, dan setelah itu mereka menjadi debitur bank Anda yang baru.
Kuncinya, Anda harus meyakinkan pewawancara agar dinilai punya kompetensi yang tinggi dalam bidang pemasaran, khususnya memasarkan penyaluran kredit.