Tapi, putra bangsa itu bukan sebagai pemain, melainkan sebagai wasit. Tentu bukan pada laga yang diikuti Greysia-Apriani, karena wasit harus dari negara netral.Â
Nama wasit yang mengharumkan nama Indonesia itu adalah Wahyana. Pekerjaan tetapnya adalah seorang guru SMP di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menjadi wasit bulutangkis di level RT-RW mungkin cukup gampang, meski tidak semua orang bisa. Mata harus awas dan yang terpenting mengetahui peraturan pertandingan.
Namun, untuk tampil di final Olimpiade, yang mempertandingkan lima nomor (tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran), hanya 5 wasit terbaik di dunia yang diberi kepercayaan.
Salah satu dari 5 wasit terbaik tersebut adalah Wahyana dan satu-satunya wasit dari Asia yang terpilih oleh pihak yang berwenang di Federasi Bulutangkis Dunia.
Wahyana dipercaya memimpin pertandingan final tunggal putri yang mempertemukan pemain China Chen Yu Fei dan pemain Taiwan Tai Tzu Ying.
Dalam wawancara dengan reporter sebuah stasiun televisi, Wahyana menceritakan perjuangannya merintis karier dari bawah sejak tahun 1998 dalam bidang perwasitan tersebut.
Wahyana setahap demi setahap berhasil mengantongi sertifikat untuk memimpin pertandingan bulutangkis. Mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, nasional, Asia, dan akhirnya tingkat dunia.
Itupun ada tingkatannya, seperti lisensi nasional, ada yang kelas B dan kelas A, hingga level dunia, juga ada kelasnya. Sekarang, Wahyana sudah memperoleh lisensi paling tinggi.
Begitulah, dengan keahliannya, guru SMP berusia 53 tahun itupun berkesempatan menginjakkan kakinya di berbagai belahan dunia.
Ternyata ada banyak jalan untuk berkontribusi mengharumkan nama negara di bidang olahraga. Salah satunya menjadi wasit internasional.