Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kiprah Pelatih Bulutangkis Indonesia di Luar Negeri, Bumerang buat Indonesia?

3 Agustus 2021   10:10 Diperbarui: 3 Agustus 2021   10:13 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flandy Limpele|Foto:Sinasports, dimuat ligaolahraga.com

Dengan perjuangan yang heroik, atlet bulutangkis kita di nomor ganda putri, Greysia Polii dan Apriani Rahayu, berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia pada Olimpiade yang tengah berlangsung di Tokyo, Jepang.

Sungguh merupakan momen yang mengharukan ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya akhirnya berkumandang juga pada pesta olahraga terbesar di dunia itu.

Padahal, sebetulnya, di atas kertas, target medali emas lebih diharapkan disumbangkan oleh salah satu dari dua pasangan ganda putra yang ranking dunianya lebih baik.

Justru karena ranking dunia mereka yang berada di puncak itulah, bukan berlebihan bila kita berharap terjadi All Indonesian Final di nomor ganda putra tersebut.

Kenyataannya, Indonesia tidak mendulang medali apapun, perunggu juga tidak, pada nomor ganda putra. Betul-betul di luar dugaan.

Makanya kenapa kita jadi sangat emosional, menangis terharu karena bahagia, tentu juga bersyukur, bahwa wajah Indonesia masih terselamatkan oleh Greysia-Apriani.

Tapi, di sisi lain, sepertinya perlu evaluasi yang komprehensif terhadap kegagalan di sektor ganda putra, juga di nomor lainnya yang belum berhasil meraih target. 

Namun, tulisan ini tidak bermaksud mengevaluasi, melainkan sekadar melihat, betapa sekarang banyak kemajuan yang diraih atlet bulutangkis negara lain.

Tentu, terhadap kemajuan tersebut, ada peran pelatih yang bertangan dingin, sehingga membuat tingkat persaingan yang harus dihadapi Indonesia semakin ketat.

Ketika pasangan ganda putra bulutangkis Malaysia mengalahkan pasangan Indonesia yang difavoritkan jadi juara Olimpiade, "The Minions" Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, salah seorang yang paling bahagia adalah Flendy Limpele.

Flendy meskipun berseragam Malaysia, adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI), yang dulunya juga atlet bulutangkis Indonesia yang sukses, berpasangan dengan Eng Hian di nomor ganda putra.

Pasangan di atas berhasil membawa pulang medali perunggu untuk Indonesia pada gelaran Olimpiade Athena, Yunani, tahun 2004.

Kemudian Flandy juga sukses di nomor ganda campuran berpasangan dengan Vita Marissa, antara lain dengan meraih perunggu pada Kejuaraan Dunia BWF di Kuala Lumpur, tahun 2007.

Adapun pasangan Malaysia yang dilatih Flandy adalah  Aaron Chia dan Soh Wooi Yik. Pasangan ini juga yang akhirnya mengalahkan pasangan Indonesia lainnya, Hendra-Ahsan, untuk memperebutkan medali perunggu. Lagi-lagi Indonesia dipermalukan Malaysia.

Sebelum melatih di Malaysia, Flandy juga sukses berkarir di India. Baru setelah itu, pihak federasi bulutangkis Malaysia kepincut dengan Flandy.

Untung saja Indonesia tidak dipermalukan Guatemala, di mana pemain tunggal putranya Kevin Cordon dikalahkan oleh pemain kita Anthony Ginting pada perebutan medali perunggu.

Sebelumnya, Kevin membuat kejutan dengan mengalahkan beberapa pemain unggulan. Ternyata Kevin dilatih oleh Muamar Qadafi, yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.

Sejarah kiprah pelatih Indonesia di berbagai negara, sebenarnya sudah cukup lama. Dimulai dari Rexy Mainaky yang melatih tim nasional bulutangkis Inggris (2001-2005).

Selanjutnya Rexy menjadi pelatih di Malaysia, sempat pulang kandang melatih di negeri sendiri, sebelum akhirnya melatih tim Thailand hingga saat ini.

Selain Rexy, ada nama Mulyo Handoyo yang sukses di India dan sekarang di Singapura. Mulyo merupakan pelatih yang mengantarkan Taufik Hidayat merenggut medali emas buat Indonesia pada Olimpiade Athena 2004.

Kemudian juga ada Rionny Mainaky yang membawa Jepang meraih medali emas nomor ganda putri pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Dan jangan lupa dengan Hendrawan, yang sudah 11 tahun menjadi pelatih di negara jiran Malaysia. Berkat jasa Hendrawan, Malaysia punya seorang bintang peraih medali perak Olimpiade 2012 dan 2016, Lee Chong Wei.

Jelaslah, kesuksesan India, Malaysia, Jepang, Thailand, Inggris, dan beberapa negara lain, dalam kancah bulutangkis dunia, ikut ditentukan oleh kiprah pelatih asal Indonesia.

Pertanyaannya, apakah dengan demikian para pelatih yang hengkang tersebut menjadi bumerang buat prestasi tim bulutangkis Indonesia?

Yang pasti, menjadi pelatih di luar negeri, merupakan hak seseorang dan tak mungkin dilarang. Justru, kita harusnya bangga, bahwa pelatih kita laris manis.

Jangan buru-buru meragukan nasionalisme para pelatih yang berkiprah di luar negeri. Toh mereka seorang profesional yang menjual keahliannya.

Tinggal sekarang bagaimana tim pelatih di pelatnas bulutangkis mampu meracik strategi yang lebih baik dari teman-temannya sendiri yang melatih di luar negeri.

Dalam bidang olahraga, Indonesia identik dengan bulutangkis. Kita berharap, masa depan bulutangkis kita akan lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun