Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bukalapak Melantai di Bursa, Apa Artinya bagi Masyarakat?

13 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 14 Juli 2021   17:50 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bukalapak.| Sumber: KOMPAS.com/Bill Clinten

Ketika dua raksasa usaha rintisan (startup) bersatu, Gojek dan Tokopedia, banyak pengamat ekonomi yang memujinya sebagai langkah yang cerdas dan bernilai strategis.

Betapa tidak. Baik Gojek maupun Tokopedia, masing-masingnya sudah sangat populer di Indonesia, bahkan juga sudah merambah ke luar negeri. Pengguna aplikasinya sudah puluhan juta orang.

Tentu saja bila keduanya bergabung, kekuatannya akan semakin dahsyat. Soalnya, keduanya bisa saling melengkapi.

Dan jangan lupa, tanpa bergabung pun, masing-masing sudah menyandang status unicorn, yakni usaha rintisan yang nilai investasinya sudah menembus angka 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun rupiah.

Nah, sekarang, ada lagi unicorn Indonesia yang melalukan langkah yang tak kalah strategis, yang belum dilakukan GoTo (gabungan Gojek dan Tokopedia).

Hal itu berkaitan dengan langkah Bukalapak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan melepas 25 persen saham dalam penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) pada 6 Agustus 2021 mendatang.

Sebetulnya GoTo juga sudah menyiapkan langkah serupa, hanya Bukalapak bergerak lebih cepat. Jadi, dalam sejarah pasar modal di tanah air, Bukalapak akan tercatat sebagai unicorn pertama yang go public.

Sebagaimana diberitakan Kompas (10/7/2021), Bukalapak berencana melepas 25.765.504.851 lembar saham atau setara dengan 25 persen kepemilikan saham.

Dengan perkiraan harga saham per lembar berkisar antara Rp 750 hingga Rp 850, nilai penawaran umum tersebut sebanyak-banyaknya akan mencapai Rp 21,9 triliun.

Sejumlah itulah yang akan menjadi suntikan modal baru bagi Bukalapak, sehingga kapasitasnya untuk mendukung pertumbuhan dan membina usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia juga akan meningkat.

Saat ini, ada sekitar 13,5 juta mitra binaan Bukalapak, terdiri dari 6,5 juta UMKM dalam jaringan (daring) atau bermitra secara online, dan sisanya bermitra secara konvensional atau luar jaringan (luring).

Jadi, Bukalapak tidak semata sekadar jadi perantara di mana pelaku UMKM bisa berjualan di aplikasi yang disediakannya. Melalui sejumlah anak perusahaannya, Bukalapak terjun langsung membina dan mengembangkan UMKM.

Anak perusahaan Bukalapak tersebut antara lain adalah PT Buka Mitra Indonesia, PT Buka Usaha Indonesia, dan PT Buka Investasi Bersama.

Saat ini (sebelum masyarakat diperkenankan membeli sahamnya), saham perusahaan Bukalapak dimiliki oleh 55 pihak. Pemegang saham terbesar adalah PT Kreatif Media Karya sebesar 31,9 persen dari total saham dan API (Hong Kong) Investment Limited dengan 17,4 persen.

Tentu saja, dengan masuknya masyarakat menjadi pemilik sebesar 25 persen akan mendilusi (mengurangi) besarnya persentase kepemilikan saham oleh 55 pihak sebelumnya.

Jelas, bagi masyarakat banyak apalagi yang selama ini sudah familiar dengan Bukalapak, baik sebagai pembeli barang maupun sebagai penjual barang, punya kesempatan emas untuk sekaligus menjadi pemilik Bukalapak.

Anggap saja harganya Rp 850 per lembar saham. Dengan uang Rp 850.000 seseorang sudah bisa punya 1.000 lembar (10 lot, pembelian saham di BEI harus dalam satuan lot) saham Bukalapak.

Momen yang dipilih Bukalapak boleh dikatakan tepat untuk melantai di BEI. Memang, sekarang pandemi masih dalam tren peningkatan kasus pasien yang terpapar Covid-19 di negara kita.

Tapi, justru karena mayoritas warga berdiam diri di rumah, penambahan jumlah investor baru yang membeli saham di BEI meningkat tajam.

Investor baru itu kebanyakan adalah anak muda yang melek teknologi informasi yang dengan aplikasi bisa bertransaksi jual beli saham.

Lalu, apakah manajemen Bukalapak bisa dipercaya akan membawa Bukalapak menjadi usaha rintisan berkelas dunia? Tentu ini perlu waktu untuk pembuktiannya.

Yang jelas, dengan melantai di BEI, pengelolaan Bukalapak akan lebih transparan karena melakukan keterbukaan informasi sesuai regulasi yang berlaku di BEI.

Jadi, para pemegang saham, meski hanya punya 10 lot, bisa mengikuti perkembangan Bukalapak dan memprediksi prospeknya beberapa tahun ke depan.

Keberanian Bukalapak untuk go public pantas diapresiasi, karena itu tadi, perusahaan harus membuka informasi ke publik, tak ada lagi rahasia perusahaan.

Padahal, terhadap usaha rintisan yang jor-joran berpromosi dengan memberi diskon besar-besaran, ada tudingan mereka melakukan "strategi membakar uang". Tapi, semua ini tidak diinformasikan secara terbuka.

Berbicara tentang prospek, sebetulnya musibah pandemi juga membawa blessing in disguise bagi usaha rintisan seperti Bukalapak, karena volume dan frekuensi perdagagan secara online meningkat pesat.

Selamat datang Bukalapak di BEI. Semoga tidak sekadar membesarkan Bukalapak saja, tapi juga belasan juta pelaku UMKM di tanah air serta bagi masyarakat banyak

dok. komunitas.bukalapak.com
dok. komunitas.bukalapak.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun