Pada awal dekade 1970-an, ketika saya masih duduk di bangku SD, beberapa bank yang ada di kota Payakumbuh, Sumatera Barat, menawarkan produk tabungan yang sama.
Seingat saya, di masing-masing bank punya produk Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas) dan Tabungan Asuransi Berjangka (Taska). Tapi, yang lebih dikenal adalah Tabanas.Â
Anak-anak sekolah juga diperkenalkan dan diharapkan menabung di bank dengan dibuatkan buku Tabanas. Awalnya, tak ada pemisahan antara Tabanas untuk umum dan untuk anak sekolah.
Kemudian, kalau tidak salah saat saya sudah di SMP, muncul Tappelpram (Tabanas Pemuda, Pelajar dan Pramuka) yang dilaksanakan secara kolektif melalui sekolah, satuan pramuka, dan organisasi pemuda.
Ternyata, produk Tabanas tersebut merupakan program Bank Indonesia (BI) dan dipasarkan di berbagai bank. Soalnya, BI sebagai bank sentral tidak mempunyai nasabah secara individu. Nasabahnya BI justru adalah bank-bank yang beroperasi di Indonesia.
Perkembangan berikutnya, setelah terjadi deregulasi perbankan pada tahun 1983, masing-masing bank dibebaskan membuat produk tabungan sendiri.
Mungkin karena sudah familiar dengan nama Tabanas, ada bank yang tetap mempertahankan nama itu dan ditambah dengan nama banknya. Makanya ada Tabanas BRI, Tabanas BTN, dan sebagainya.
Tapi, lama kelamaan nama Tabanas menghilang. Seperti BRI menamai produk tabungannya dengan Simpedes dan Britama. Lalu, ada Taplus di BNI, Tahapan di BCA, Batara di BTN, dan Tabungan Mandiri di Bank Mandiri.
Tentu masih banyak lagi contoh lainnya, karena jumlah bank di negara kita lebih dari 100 bank. Namun, yang relatif populer, memang yang dimiliki oleh bank-bank besar yang membuka kantor cabang di berbagai penjuru tanah air.
Meskipun dilihat dari namanya, produk tabungan sangat beragam, tapi sebetulnya fiturnya kurang lebih sama saja di setiap bank.Â
Dulu, memang pernah ada tabungan dengan undian berhadiah yang jor-joran, sehingga besaran hadiah yang jadi pembeda.
Kemudian, ketika ATM mulai masuk di dekade 1990-an, jumlah ATM yang tersedia serta jumlah fitur pelayanan transaksinya yang jadi pembeda.
Sekarang, eranya mobile banking atau internet banking. Maka, semua bank besar sudah mampu menyediakan layanan ini dan fiturnya juga relatif sama.Â
Begitu pula potongan biaya administrasi yang dikenakan pada nasabah, juga relatif sama.Â
Maka, kenapa seseorang memilih membuka tabungan di sebuah bank tertentu, lebih banyak karena pertimbangan mutu pelayanan, kenyamanan, dan kedekatan lokasinya.
Namun, ada juga orang yang "terpaksa" membuka rekening tabungan di suatu bank, karena gajinya disalurkan melalui bank tersebut. Atau, rekan bisnisnya yang sering bertransaski dengannya, banyak yang menggunakan tabungan tersebut.
Menarik pula mengamati, bank-bank papan atas, juga bersaing untuk memperebutkan penabung anak-anak. Makanya, ada Britama Junio dari BRI, BNI Taplus Anak, atau TabunganKu BCA, sekadar menyebut beberapa contoh.
Kenapa seperti itu? Karena semua bank sangat takut kalau nasabahnya didominasi golongan tua. Bukan apa-apa, semua bank tentu berharap akan berkembang terus selamanya. Sementara nasabah tua, suatu saat akan "game over".
Nah, sekiraya nasabah muda, remaja, bahkan anak-anak tidak terjaring, maka kelangsungan usaha bank di masa depan, jelas terancam.
Salah satu bank BUMN, sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu, dengan dibantu konsultan berpengalaman telah memetakan profil para penabungnya dan dibandingkan dengan profil penabung di beberapa bank pesaing.
Kesimpulannya, bank BUMN itu disebut sebagai banknya orang tua. Sesuai rekomendasi konsultan, setelah itu bank tersebut secara khusus membidik segmen remaja dan anak-anak.
Iklannya diganti dengan menggunakan penyanyi yang tengah digandrungi remaja. Bank tersebut juga menjadi sponsor utama sebuah klub basket profesional.
Kemudian, bank itu juga membeli jam tayang di salah satu stasiun televisi untuk menayangkan variety show dengan artis-artis terkenal, tentu disisipi iklan bank tersebut, antara lain iklan untuk produk tabungannya.
Konser musik pun dirambah oleh tim promosi bank itu, bahkan sampai menjadi sponsor acara pentas seni di beberapa SMA yang punya siswa yang banyak.
Itulah untuk memberikan gambaran betapa pentingnya anak-anak dan remaja di mata manajemen bank. Meskipun sebetulnya, mengingat saldo tabungan anak relatif kecil, belum tentu menguntungkan bagi bank.
Tapi, yang dituju adalah prospek ke depan dengan mengedukasi agar ketika si anak sudah dewasa, hatinya telah terpaut dengan bank tertentu.
Pengalaman saya sendiri, 3 orang anak saya, setelah punya KTP pada usia 17 tahun, langsung saya suruh membuka rekening tabungan di bank yang dipilihnya.
Itupun saya menyarankan memilih tabungan untuk umum, bukan tabungan khusus anak-anak atau remaja, agar berlanjut sampai si anak dewasa, bahkan sampai tua.
Jadi, bagi mereka yang punya anak, jangan ragu membukakan rekening tabungan bagi mereka di bank pilihan Anda atau pilihan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H