Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jajanan Pasar Tak Lekang oleh Waktu, Klepon "Best of the Best"

7 Juli 2021   10:10 Diperbarui: 10 Juli 2021   14:47 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi orang kantoran, mengikuti rapat membahas berbagai hal untuk kelancaran tugas, merupakan pekerjaan yang sering dilakukan.

Memang, sejak negara kita dilanda pandemi, kegiatan rapat lebih banyak berlangsung secara online. Bisa jadi dengan model rapat online tersebut, proses pengambilan keputusan tetap bisa berlangsung secara baik.

Namun, ada hal yang hilang karena peserta rapat tidak berkumpul di suatu tempat. Salah satu yang hilang tersebut adalah tidak adanya cemilan bagi peserta rapat.

Ya, iyalah, bagaimana ribetnya bila ada office boy yang ditugaskan mendistribusikan cemilan ke rumah masing-masing peserta rapat. 

Padahal, cemilan itulah yang cukup sakti untuk melawan rasa kantuk bila rapat berlangsung membosankan. Ada cemilan yang disajikan dalam kotak dan masing-masing kebagian satu kotak.

Ada juga cemilan yang digelar di piring besar yang diletakkan di beberapa tempat di atas meja yang gampang dijangkau peserta rapat.

Bagi saya pribadi, lebih suka cemilan dalam kotak. Saya bisa membawanya ke meja kerja sehabis rapat. Kalau yang digelar di atas meja, saya orangnya termasuk malu-maluin. Ingin mengambil, tapi kalau yang lain belum mulai, nanti dulu ah.

Atas nama efisiensi, ada juga kantor yang tidak memberikan cemilan. Tapi, akibatnya, peserta rapat besar kemungkinan tak mau rapat lagi. Jika nanti diundang pada rapat selanjutnya, cukup mengutus staf junior saja.

Di kantor tempat saya bekerja, aneka gorengan dan jajanan pasar masih menjadi cemilan yang paling sering dihidangkan di ruang rapat. Mungkin karena para senior suka yang seperti itu dan lagi pula gampang didapat.

Adakalanya, bila rapat dikoordinir oleh staf yang masih muda-muda, jenis cemilannya lebih kekinian. Saya tidak hafal nama cemilan masa kini, tapi memang variatif dengan aneka bumbu yang lebih tajam, dan mungkin kurang menyehatkan.

Cemilan masa kini tersebut ada yang meniru cemilan impor, tapi ada juga makanan tradisional yang dimodifikasi dan dikemas secara menarik.

Bahkan, istilahnya pun pakai bahasa Inggris, seperti kripik yang diganti dengan crackers atau kentang yang diganti dengan potato. 

Nah, bagi mereka yang lagi work from home (WFH), tentu saja bila ingin menyantap cemilan harus dibeli sendiri. Tidak masalah sebetulnya, bukankah tanpa rapat pun, cemilan, paling tidak dalam bentuk biskuit, lazim ada stok di rumah.

Hanya, kalau ada yang gratis karena jadi beban kantor, tentu lebih asyik. Satu lagi, bila mau mengudap cemilan sendiri saat rapat online, banyak yang malu-malu, takut terlihat sama peserta lain di layar laptopnya.

Kenapa di banyak rumah tangga biasanya ada stok cemilan? Jadi, tak usah dihubungkan dengan kegiatan rapat, pada umumnya seseorang membutuhkan makanan kecil di antara waktu makan lengkap.

Makan lengkap yang dimakasud adalah makan nasi dengan lauknya. Misalnya nasi dengan sepotong ayam goreng, satu butir telor balado, sayur secukupnya, sambal, kerupuk, dan buah.

Sedangkan cemilan, kalau mengacu pada jenis cemilan tradisional yang lazim dibuat sendiri di rumah, contohnya adalah pisang goreng atau pisang rebus, dan singkong goreng atau singkong rebus. 

Bila jadwal makan lengkap katakanlah pukul 07.00, 13.00 dan 19.00, maka jadwal menyantap cemilan pada pukul 10.00 dan 16.00. Lazim pula aneka cemilan tersebut disertai dengan minum teh atau kopi.

Namun, bagi mereka yang malas memasak cemilan, pilihan membeli cemilan masa kini di pasar swalayan semakin banyak. Atau, memesan melalui aplikasi.  

Para remaja, rata-rata menyenangi makanan yang dibaluri atau pakai toping coklat, keju biasa, mozarella, dan berbagai krim yang saya tidak tahu namanya.

Namun, untuk generasi saya, tak pernah pindah ke lain hati, jajanan pasar tetap menjadi pilihan, jika harus membeli cemilan.

Saya jadi teringat dengan Pasar Subuh Senen merupakan tempat penjualan jajanan pasar terbesar dan termurah di Jakarta, bahkan mungkin yang terbesar di Indonesia.

Di sana, para pedagang menggelar dagangannya di area parkir yang luas, dan dimulai saat subuh. Bahkan, sebelum masuk waktu salat subuh, pedagang dan pembeli sudah ramai.

Yang berbelanja di sana, rata-rata juga pedagang yang akan menjualnya lagi di kios-kios di berbagai penjuru ibu kota. Tentu para pedagang itu bukan membeli dalam satuan, tapi sudah bergaya "grosir".

Ketika matahari mulai bersinar terang, Pasar Subuh pun berakhir. Mereka yang masih ingin memebeli jajanan pasar, silakan mencari ke berbagai kios yang barangnya sangat mungkin berasal dari Pasar Subuh.

Berikut ini adalah beberapa jajanan pasar yang menjadi favorit saya, dan sepertinya juga menjadi favorit bagi teman-teman saya di kantor.

Pertama, kue klepon, salah satu yang paling banyak peminatnya, termasuk anak-anak muda. Berbentuk bola-bola kecil berwarna hijau, terbuat dari tepung beras ketan yang diisi dengan gula merah. Kemudian dibaluri kelapa parut.

Kedua, kue onde-onde. Kue ini juga bulat seperti bola, dengan ukuran yang lebih besar dari klepon. Kulitnya berwarna coklat yang ditaburi biji wijen. Sedangkan isi di dalamnya adalah bubuk kacang hijau.

Ketiga, kue lemper. Kue ini cukup mengenyangkan karena berupa ketan putih yang dibungkus daun pisang dengan isi irisan daging ayam.

Keempat, kue nagasari. Aroma kue yang dibungkus daun pisang ini tercium harum karena juga ada potongan daun pandan. Terbuat dari tepung beras, santan, dan juga ada isi irisan pisang yang dikukus.

Kelima, kue talam. Kue ini banyak variannya, seperti talam pandan, talam ubi, talam jagung, dan sebagainya. Bahan utamnya masih tepung beras dan santan.

Keenam, kue bugis ketan (orang Minang menyebutnya Lapek Bugih). Kue ini terbuat dari tepung ketan hitam, santan dan  diisi ampas kelapa yang disiram air gula, lalu dibungkus daun pisang. Rasanya manis, legit dan kenyal.

Ketujuh, kue lumpur. Ya, namanya agak jorok. Tapi, rasanya dijamin enak. Mungkin dinamai lumpur karena berwarna dominan coklat dan kuning, serta dihiasi kismis di bagian tengah atas.

Sebetulnya masih sangat banyak jajanan pasar selain kue di atas. Tapi, dengan tujuh jenis kue itu sudah mewakili, betapa jajanan pasar merupakan cemilan tradisional kita yang beraneka rupa dan enak-enak.

dok. sehatq.com
dok. sehatq.com
Bagi saya sendiri, semua daftar di atas saya sukai. Tapi, di antara semuanya, klepon merupakan best of the best. Saya bisa menghabiskan empat biji klepon secara berturut-turut. Dan jika tak ada yang melihat, saya akan tambah beberapa biji lagi.

Suatu kali, kemeja putih saya pernah kecipratan isi klepon yang muncrat. Malunya itu yang gak tahan, dan saya terpaksa senyum mesem saja di depan teman-teman kerja. Setelah itu, saya semakin berhati-hati menikmati klepon.

Kesimpulan saya, jajanan pasar adalah cemilan yang tak lekang oleh waktu. Meskipun para remaja mulai beralih pada cemilan masa kini, tapi mereka juga menyukai jajanan pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun