Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sopir Taksi Sering Curhat ke Penumpang, Apa Maksudnya?

3 Juli 2021   05:15 Diperbarui: 3 Juli 2021   05:18 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan saya berikutnya, tentu saja di dalam hati, cara si sopir itu curhat ke penumpang, jika manajemen perusahaan yang mengelola taksi itu tahu, apakah diperkenankan secara etika, atau tidak?

Kenapa saya sebut secara etika, karena secara hukum, jelas si sopir tidak ada kesalahan apa-apa. Tinggal masalahnya etis atau tidak etis.

Saya sendiri, jujur saja, punya kebiasaan tidak meminta kembalian untuk jumlah yang relatif kecil. Umpamanya, tarif pada argo tercantum Rp 41.000. Maka, satu lembar uang kertas pecahan Rp 50.000 akan saya berikan tanpa perlu minta kembalian.

Memang, bisa jadi sopir taksi beranggapan para penumpangnya adalah orang kaya, yang memberi tip bukan sekadar uang receh seperti yang saya lakukan. Tapi, kaya itu kan relatif.

Seperti saya, sering bepergian naik taksi, bukan karena kaya, tapi untuk praktis saja. Lagi pula jarak rumah saya ke kantor hanya sekitar 5 km.

Jadi, sekadar membayar argo untuk jarak seperti itu pulang pergi, alhamdulilah saya masih mampu. Kalau saya naik kendaran umum, sangat tidak praktis, karena tiga kali naik kendaraan. 

Pilihan lain adalah naik ojek, tapi tentu kurang nyaman. Membawa mobil butut saya, di samping tidak gampang mencari tempat parkir, ongkos parkirnya juga relatif mahal.

Kalau saya naik taksi, salah satu kelebihannya, saya bisa sambil mengetik naskah buat ditayangkan di Kompasiana. Masalahnya,  bila ketemu sopir yang suka curhat, adakalanya mengganggu saya.

Tapi, pernah juga pembicaraan sopir malah jadi sumber inspirasi untuk menulis. Cerita sedih si sopir pada dasarnya menarik dan menyentuh sisi kemanusiaan saya.

Hanya, karena cukup sering mendengar kisah begitu, adakalanya kepekaan saya menurun. Mohon maaf, mungkin saya keliru atau su'udzon, sopir taksi ada yang berharap dapat tip besar karena mengumbar cerita sedihnya.

Namun, jika melihat gaya sebagian penumpang taksi yang cukup royal memberi tip, sebetulnya bagus-bagus saja. Hanya saja, sopir taksi akan berpotensi (sekali lagi, mudah-mudahan saya keliru) mengulang kembali cerita sedih itu ke penumpang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun